Pilot Perempuan Ini Akan Terbangkan Perdana Pesawat N219

Esther-Pilot-Perempuan-PT-DI.jpg
(KOMPAS.COM)

RIAU ONLINE, BANDUNG - Kebanggaan sebagai anak bangsa membuncah. Kali ini, karya anak bangsa Indonesia berupa pesawat N219 yang bekerja di PT Dirgantara Indonesia (DI), akan diterbangksan secara perdana oleh pilot Indonesia dan ia seorang perempuan. 

 

Pilot perempuan ini bernama Esther Gayatri Saleh. Ia sudah 31 tahun menjadi pilot dan akan menerbangan N219 pertama kalinya tahun depan bersama seorang kopilot. Pesawat tersebut tampil perdana di hanggar PT DI, Kamis (10/12/2015). (Baca Juga: Ini Pesawat Baru Buatan PT Dirgantara Indonesia

 

Berbaju biru, lengkap dengan sarung tangan dan topi bertuliskan N219, Esther Gayatri Saleh, juga ikut hadir di hanggar tersebut. “Doakan mudah-mudahan saya bisa menerbangkan N219 tahun depan. Bisa menerbangkan pesawat hasil teman-teman merupakan kebanggaan buat saya,” kata Esther dilansir dari Kompas.com

 

Selain sudah 31 tahun menjadi pilot, Esther juga ternyata memiliki 6.500 jam terbang. Hebatnya, jam terbang Esther didominasi untuk test flight, jarang diminati pilot pada umumnya. (Klik Juga: Sebagai Komut, Aneh KSAU Tak Tahu Kemampuan PT DI

 

“Pengalaman tentunya banyak. Pernah pesawat jatuh dari ketinggian 10.000 ke 5.000 terus recover. Setelah penerbangan, kami lakukan evaluasi kenapa bisa seperti itu. Itu standar dalam melakukan test flight,” kata Esther.



 

Semua tantangan dan bahaya itu dihadapi dengan sukacita. Baginya, menjadi pilot bukan hanya sekadar pekerjaan, melainkan visi dan panggilan Tuhan.

 

Esther menilai, pekerjaan tanpa visi akan membuat seseorang tidak tahu harus berbuat apa. Selain itu, Esther memang suka hal-hal yang menantang. (Lihat Juga: Ini Alasan Helikopter Buatan DI Lebih Unggul dari Italia

 

Sejak kecil, dia bercita-cita menjadi wartawan perang atau pilot. Keinginannya untuk menjadi wartawan pun terpenuhi. Pada 1976-1978 ia menjadi wartawan cilik yang kerap dipanggil untuk meliput banyak acara, termasuk di Istana Negara.

 

Setelah itu, keluarga Esther pindah ke Tarakan, Kalimantan Utara, karena sang ayah bertugas di kantor Imigrasi kota itu. “Di Tarakan, saya pegang-pegang kamera. Sampai suatu hari saya jatuh cinta pada dunia penerbangan. Saya pun memutuskan untuk sekolah pilot di Amerika Serikat,” tuturnya.

 

Sekembalinya dari AS, Esther dipercaya mantan Presiden Habibie menjadi pilot di PT DI. Padahal, saat itu masalah jender adalah isu yang sangat sensitif. Pilot perempuan akan sulit diterima. (Baca: Ditembak Pemuda Riau Pesawat Pembom B-25 Patah Dua

 

“Tetapi, Pak Habibie tidak memedulikan masalah jender. Akhirnya saya menjadi pilot dan menerbangkan pesawat-pesawat PT DI mulai dari 212, 235, dan lainnya,” pungkasnya. 

 

Sukai/Like Fan Page Facebook RIAUONLINE dan Follow Twitter @red_riauonline