RIAU ONLINE, JAKARTA - Pulau Jawa dan Sumatera memiliki peran yang sangat vital terhadap perekonomian Indonesia. Kedua pulau tersebut berkontribusi 80% terhadap aktivitas ekonomi di tanah air, sisanya disumbang oleh pulau lain.
Demikian catatan Kementerian Keuangan (Kemenkeu). Khusus Jawa, kontribusinya mencapai 60% dan Sumatera 20% terhadap ekonomi RI. Alhasil, Pemerintah memandang penting menjaga kondisi di Pulau Jawa dan Sumatera dalam jangka pendek.
"Jawa dan Sumatera sumbang 80% terhadap ekonomi Indonesia. Jaga growth jangka pendek 1-2 tahun maka jaga Jawa dan Sumatera sangat penting," Kata Kepala Badan Kebijakan Fiskal (BKF), Kementerian Keuangan, Suahasil Nazara dalam acara diskusi Deloitte di Hotel Mandarin Oriental, Jakarta Pusat, Selasa (24/11/2015). (BACA JUGA: Kita Kewalahan Tangani Asap, Pemprov Harus Miliki Protap Khusus)
Selain berkontribusi soal aktivitas ekonomi, Suahasil menyebut Jawa sendiri berpengaruh besar terhadap porsi pertumbuhan ekonomi Indonesia. Meski ekonomi RI tumbuh 4,7% di triwulan III-2015, Jawa bisa tumbuh 5,4%. Sementara Sumatera dan Kalimantan mengalami tekanan karena daerah tersebut sangat mengandalkan pendapatan dan aktivitas ekonomi dari sektor komoditas. Seperti diketahui, harga komoditas seperti kelapa sawit hingga batubara sedang berada di titik terendah dan lesunya permintaan.
"Ekonomi Indonesia didukung Jawa. Triwulan I tumbuh 5,2%, Triwulan II tumbuh 5,1%, Triwulan III tumbuh 5,4%. Selalu di atas 4,7% rata-rata 1 tahun," ujarnya seperti dilansir detik.com.(BACA JUGA: Status Siaga Darurat Berakhir 30 November)
Lanjut Suahasil, tingginya pertumbuhan ekonomi di Jawa khususnya karena didukung oleh sektor jasa dan manufaktur. Belajar dari kondisi Jawa, Pemerintah akan mendorong sektor manufaktur dan jasa lebih gencar daripada aktivitas ekonomi berbasis sumberdaya alam.
"Apa yang harus dijaga? Manufaktur dan sektor jasa," sebutnya.
Untuk pertumbuhan ekonomi nasional, Suahasil menyebut pertumbuhan akhir tahun hanya 5,8% sampai 5,9%. Angka ini dinilai sudah sangat rasional.
"Nggak ada pertumbhan 5,7% seperti target awal tahun. Itu hanya asumsi untuk bangun APBN tapi penyerapan APBN nggak terealisasi, ada masalah eksternal dan internal, reformasi pajak belum berjalan sehingga kita hanya tumbuh 4,9%," ujarnya.
Sukai/Like Fan Page Facebook RIAUONLINE dan Follow Twitter @red_riauonline