RIAU ONLINE, PEKANBARU - Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah Riau mengeluhkan pekatnya asap kiriman dari Sumatera Selatan dan Jambi. Akibat pekatnya asap, beberapa hari terakhir operasi satgas udara tak bisa dilakukan yang berdampak pada meningkatnya titik panas (hotspot).
"Pekatnya kiriman asap dari provinsi tetangga membuat jarak pandang kita sangat terbatas, sehingga operasi mitigasi lewat udara lumpuh. Ini yang jadi penyebab hotspot di Riau cenderung naik dan banyak beberapa hari terakhir ini," terang Edwar Sanger, Kepala BPBD Riau saat dikonfirmasi RIAUONLINE.CO.ID, Jumat (23/10/2015).
Edwar mengungkapkan selama ini satgas udaralah yang jadi ujung tombak kegiatan mitigasi dan pemadaman di Riau. Lantaran satgas darat sangat sulit menjangkau daerah titik panas yang umumnya berada jauh di dalam hutan. (BACA JUGA: Atasi Karhutla, Perusahaan Fire Terminator akan Dibangun di Indonesia)
"Seringkali jarak titik api dengan sumber air itu sangat jauh. Kadang jaraknya 2 jam lebih berjalan kaki. Makanya kita tak bisa andalkan satgas darat. Cuma helly water bombinglah yang bisa menembus itu," ungkap Edwar.
Info hotspot pagi ini yang dirilis Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG), terdapat 372 titik panas di Sumatera. Sebarannya berada di semua provinsi yang ada di Sumatera kecuali Sumut dan Aceh. (BACA JUGA: Petani Sawit Keluhkan Harga Murah Saat Trek)
Kepala BMKG Pekanbaru, Sugarin mengatakan, titik panas di Jambi terpantau 45 titik, Bengkulu 7 titik, Lampung 24 titik, Sumbar 1 titik, Sumsel 241 titik, Kepri 2 titik, Babel 3 titik dan Riau 49 titik. "Dengan tingkat kepercayaan 70 persen lebih, titik panas di Riau terpantau 33 titik panas. Meranti 2 titik, Bengkalis 2, Pelalawan 11, Indragiri Hilir 1 titik dan Indragiri Hulu dengan 17 titik," pungkas Sugarin.
Sukai/Like Fan Page Facebook RIAUONLINE dan Follow Twitter @red_riauonline