RIAU ONLINE, PEKANBARU - Ratusan imigran gelap yang ditampung oleh Imigrasi Kota Pekanbaru, melakukan mogok makan sejak beberapa hari lalu. Mereka nekad lakukan ini karena tuntutan untuk segera disalurkan ke negara ketiga dan negara tujuan, sama sekali tak digubris oleh Badan Pengungsi PBB (UNHCR).
Informasi RIAUONLINE.CO.ID peroleh, imigran ilegal tersebut sudah sejak Jumat (16/10/2015) pekan lalu, melakukan aksi mogok. Mereka ini, tutur seorang perawat di Rumah Sakit Awal Bros, merupakan imigran yang ditampung di Jalan Tegal Sari, Rumbai. (Baca Juga: (Video) Anda Taragak Jo Kampuang? Coba Nikmati Ini Dulu)
"Sejak Jumat lalu mereka mogok dan dibawa ke sini. Saya tadi sempat diminta untuk menjemput mereka menggunakan ambulance untuk dibawa ke RS Awal Bros. Namun, karena banyak pasien di ruangan saya, akhirnya tak jadi," ujar perawat berjilbab ini, Senin (19/10/2015).
Sementara itu, saat dihubungi untuk konfirmasi, melalui pesan singkat ke Humas RS Awal Bros, hingga berita ini diturunkan belum ada jawaban.
Dilansir dari liputan6.com, aksi mogok makan ini dilakukan 120 imigran sejak 6 hari lalu menuntut kejelasan nasib dari UNHCR dan PBB. (Klik Juga: Jokowi Minta Rakyat Korban Asap untuk Bersabar)
"Sudah 6 hari kami melakukan aksi mogok makan menuntut kejelasan nasib dari PBB dan UNHCR. Bahkan sudah ada 20 orang dari kami yang masuk rumah sakit karena mogok makan," kata Syah Wali Syahab, seorang imigran dari Afganistan kepada wartawan, Senin (19/10/2015).
Ia menjelaskan, aksi ini dilakukan karena UNHCR dan PBB dinilai tidak memperhatikan nasib ratusan imigran di Pekanbaru. Terutama bagi mereka yang memegang Refugee Card (kartu pengungsi).
"Seharusnya bagi kami yang memegang kartu ini, segera diurus proses pemindahan ke negara ketiga atau penampung. Di negara penampung ini, nasib kami akan sama dengan warga lainnya," kata Syah. (Lihat Juga: Mundung: Jokowi Telah Berbohong ke Rakyat Riau)
Rekan Syah, Muhammad Anwar mengatakan, sudah 10 bulan menunggu kejelasan nasib dari UNHCR. Pasalnya, pria asal Sudan ini sudah lama memegang kartu legal tersebut.
Pemindahan ke negara penampung sangat diharapkan. Di sana nantinya, kehidupan para imigran ini sama dengan warga di negara penampung. "Negara penampung imigran yang ada di Indonesia ini adalah Australia, Amerika, Kanada dan New Zeland. Di negara penampung kami akan diberi kartu penduduk dan hidup seperti yang lainnya, bisa bekerja," kata Anwar.
"Tidak seperti di sini (Pekanbaru), hidup kami dibiayai UNHCR dan IOM. Kerja di sini cuma makan dan minum. Kami ini masih muda, tentu kami ingin berkembang dengan pendidikan yang sudah dijalani," tambah pria 30 tahun ini. (Baca: Ada-ada Saja, Lain Ditanya, Lain Dijawab Jokowi)
Syah dan Anwar hanya berharap UNCHR dan PBB bisa segera memproses administrasi ke negara penampung. Para imigran ini tak ingin hidup tanpa kejelasan serta hanya menunggu bantuan.
"Segera proses pemindahan kami ke negara penampung, biar punya kejelasan nasib. Orang UNHCR harus datang ke sini. Jangan biarkan kami dalam ketidakjelasan," pungkas Anwar.
Sukai/Like Fan Page Facebook RIAUONLINE dan Follow Twitter @red_riauonline