Kisah Sebuah Negeri di Awan (Bagian 2)

RIAU ONLINE, PEKANBARU - Hari ini, Senin (19/10/2015), untuk kesekian kalinya anak-anak MDA (Madrasah Diniyah Aliyah) Tsamaratul Iman, Tangkerang, Pekanbaru yang baru diantar orangtuanya langsung dipulangkan. Kabut asap kembali pekat kembali menyelimuti Pekanbaru, pagi ini.

 

"Kepala sekolah bilang hari ini Aqilla libur karena asap," kata Aqilla, siswa Kelas II MDA. Padahal mereka baru sekitar dua minggu bersekolah setelah libur hampir satu bulan akibat asap. (BACA JUGA: Kisah Sebuah Negeri di Awan (Bagian 1))

 

Ketika masuk setelah sekian lama libur, pelajar dari semua tingkatan di Pekanbaru langsung menempuh ujian tengah semester untuk menyesuaikan jadwal kalender pendidikan tahun ini. Walaupun waktu dan bentuk ujiannya tidak sama dengan ujian ketika kondisi belajar mengajar berjalan normal, pihak sekolah, orang tua dan anak-anak didik menyadarinya sebagai konsekuensi bencana kabut asap.

 



"Ujian tengah semester kami kali ini bentuknya mengerjakan tugas di rumah. Ada sedikit kesulitan karena ada pelajaran yang belum diterangkan guru," kata Nurul, pelajar Kelas VIII SMP 22 Pekanbaru.

 

Akibat kabut asap, bisnis penerbangan dan pengguna transportasi udara paling merasakan dampaknya. Kepala Bidang Perhubungan Udara Dinas Perhubungan Provinsi Riau, Eddy Sukiatnadi pada 23 September lalu menyebutkan, selama satu bulan terakhir bandara telah melaporkan kerugiannya kepada Dinas Perhubungan Provinsi Riau sebesar 1,5 Miliar. Kerugian tersebut dihitung dari pertengahan Agustus hingga pertengahan September 2015. (KLIK: Bandara Rugi Rp1,5 Miliar Akibat Asap)

 

Sementara di bidang travel dan pariwisata, kerugian yang besar juga dialami pebisnisnya. Seorang pengusaha travel dan pariwisata di Riau, Iwan Syawal mengungkapkan kepada RIAUONLINE.CO.ID beberapa waktu lalu, kerugian yang diderita oleh pengusaha sektor pariwisata selama periode 3 bulan terakhir selama asap ditaksir mencapai angka Rp 150 miliar.

 

Sedemikian besarnya kerugian materil dan non materil yang diderita masyarakat 'Negeri di Awan' ini. Tak heran bila kalangan aktivis menyebutkan bahwa negara atau pemerintah selama 18 tahun seolah absen di negeri ini. Kehadiran negara tak begitu dirasakan masyarakat negeri.

 

Sukai/Like Fan Page Facebook RIAUONLINE dan Follow Twitter @red_riauonline