Pasrah Sajalah, Biarlah Kami Mati Pelan-Pelan

Kabut-Asap-Selimuti-Pekanbaru.jpg
(RIAUONLINE.CO.ID/ISTIMEWA)

RIAUONLINE, PEKANBARU - Asap pekat sisa kebakaran hutan dan lahan sudah dua bulan mengepung Riau. Tidak ada yang dapat memastikan kapan bencana asap berakhir. Ribuan warga mengeluh sakit akibat asap. Warga seakan putus asa dan pasrah dengan keadaan.

 

"Pasrah sajalah, biarlah mati pelan-pelan karena asap ini," kata warga Sungai Sejuk, Tembilahan, Nursyamsiati, Senin, (5/10/2015).

 

"Entah apa lagi yang harus diperbuat, berteriak pun kita siapa yang akan menolong. Sebenarnya apa yang sudah dilakukan pemerintah ini. Dua bulan asap tak hilang-hilang," dia menambahkan dengan penuh kesal.

 

Nur-sapaannya mengaku, daerahnya sudah sebulan lebih dikepung asap pekat. Terlebih tempat dia bermukim terbilang dekat dengan Provinsi Jambi yang disebut penyumbang asap ke wilayah Riau. "Tidak ada lagi tempat berlindung, rumah pun kini dimasuki asap," ujarnya. (klik: Gara-gara Asap, Jemaah Haji Riau Pulang Naik Kapal Laut)

 

Nur mengaku kondisi tubuhnya menurun akibat paparan asap terus-menerus. Ia kerap mengalami pusing, mual hingga muntah efek jerebu berkepanjangan. "Dada ini berat rasanya, sesak mau bernafas," dia mengeluh.



 

Roy, warga Pekanbaru pun dibuat kesal. Anaknya yang masih balita bernama Raditiya, 1,3 bulan harus jatuh sakit karena asap. Padahal dia mengaku telah menutup rapat seluruh pintu rumah, bahkan ventilasi pun telah ditutup dengan plastik. "Anak saya sering demam dan batuk-batuk," ujarnya. (BACA: Lapan Identifikasi 2.127 Hotspot di Indonesia)

 

Roy tidak punya pilihan lain selain hanya berkurung diri di rumah beserta anak dan istrinya. Niat hati ingin mengungsi ke Sumatera Barat pun tidak terlaksana lantaran harus bekerja. "Saya tidak bisa mengungsi karena harus masuk kerja," katanya.

 

Begitu juga Nur, dia hanya bisa pasrah dan menggunakan bermacam cara agar bisa mendapat udara segar di dalam rumah. "Kipas angin saya tutupi kain basah biar udara segar dan sejuk," katanya. (LIHAT: Kapolri Sebut Ada Indikasi Karhutla Disengaja)

 

Warga Pandau, Kampar Indra terpaksa mengungsikan dua anaknya ke Padang, Sumatera Barat menyusul ancaman kabut asap membahayakan kesehatan warga. Indra mengaku sangat khawatir dengan kesehatan dua anaknya yang masih duduk di bangku sekolah dasar karena kabut asap yang mengepung daerah itu tidak kunjung usai.

 

Terlebih kedua anaknya terpaksa tidak masuk sekolah menyusul kebijakan pemerintah Pekanbaru yang meliburkan aktivitas belajar untuk semua tingkatan sekolah. "Selagi masih libur sekolah, sebaiknya anak-anak saya evakuasi ke Padang," ujarnya. (INFO: Pemerintah Akan Cabut Izin Perusahaan Pembakar Lahan)

 

Dinas Kesehatan Provinsi Riau mencatat sebanyak 54.135 warga Riau menderita penyakit akibat paparan asap. Kepala Dinas Kesehatan Riau Andra Syafril mengatakan pelayanan kesehatan masyarakat terdampak asap terus dilakukan. Posko kesehatan dan pelayanan puskesmas 24 jam di setiap kabupaten/kota siaga setiap waktu. "Kami juga kerahkan puskesmas keliling untuk menemui warga terdampak asap," ujarnya.

 

Menurut Andra, pelayanan kesehatan di posko kesehatan diberikan secara gratis untuk warga. Jika ditemukan kondisi darurat, warga dapat dirujuk ke Rumah Sakit Umum Arifin Ahmad, Pekanbaru. "Biaya pengobatan gratis," tuturnya