RIAU ONLINE, PEKANBARU - Hari efektif sekolah perlu ditinjau ulang karena dampak asap. Apakah anak didik harus bersekolah atau cukup di rumah dan itu masuk hari efektif sekolah?
Demikian diungkapkan tokoh masyarakat Riau, Hj Azlaini Agus dalam diskusi pada Diskusi Publik Tersebab Asap Antara Libur ataukah Sekolah diselenggarakan Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Provinsi Riau, dengan Riau Pos, Kamis (1/10/2015), di Ruang Kaliandra.
"Perlu ditinjau ulang hari efektif sekolah. Apakah anak didik harus bersekolah atau cukup di rumah sehingga itu masuk hari efektif sekolah," kata Azlaini.
"Cucu saya sudah 27 hari saya ungsikan ke Jakarta dalam kondisi asap seperti ini. Tapi dia tetap belajar dengan cara mengerjakan tugas-tugas di rumah melalui online," kata mantan Wakil Ketua Ombudsman RI tersebut.
Pendidikan itu tanggung jawab orangtua dan sekolah membantu mewujudkan keinginan untuk itu. "Konsekuensi tidak sekolah saat asap adalah tidak naik kelas. Namun tidak ada yang mati gara-gara tidak bersekolah," kata Azlaini Agus. (BACA JUGA: Perlu Rekayasa Sekolah Demi Siswa Bisa Belajar)
Sementara menurut Ketua Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI) Kota Pekanbaru, Devi Warman, tugas-tugas yang diberikan sekolah sangat jarang dikerjakan.
"Alasannya, anak diliburkan tapi tak di rumah. Orangtua juga beralasan, bagaimana kami mengawasi, karena kami harus bekerja," kata Devi Warman
Kebijakan meliburkan sekolah, pertaruhannya adalah mutu anak didik. Jika mutu pendidikan turun, maka yang disalahkan adalah guru.
Sekolah, tuturnya, merupakan tempat yang paling siap untuk menghadapi bencana. "Di sekolah ada Unit Kesehatan Sekolah (UKS). Itu harus dioptimalisasikan dengan menyediakan oksigen dan peralatan lainnya," kata Devi Warman.
Untuk menentukan libur atau tidak anak didik, diserahkan ke Komite Sekolah masing-masing dengan melihat infrastruktur sekolah.
"Tempat paling aman bagi anak-anak adalah di sekolah dan rumah. Di sekolah anak-anak lebih baik diawasi," jelas Devi.