RIAU ONLINE, PEKANBARU - Menunaikan ibadah haji adalah keinginan setiap umat muslim. Namun tidak semua umat muslim memiliki kesempatan untuk bisa mengunjungi Tanah Suci. Tidak demikian dengan Malin, pria lanjut usia yang sehari-hari bekerja sebagai tukang sol sepatu di Jalan Dagang, Pekanbaru.
Di sela-sela aktivitasnya menjahit sepatu salah peorang pelanggan, ia bercerita bagaimana ia bisa menunaikan ibadah haji ke Tanah Suci pada Tahun 2000.
(Baca Juga: Asap Tebal Pesawat Pengangkut JCH Delay Satu Jam)
"Waktu itu Hari Kamis, tanpa uang saya mendatangi Kantor Kementerian Agama (Kemenag) Pekanbaru, Jalan Rambutan dan cerita ke pegawai di sana kalau saya ingin daftar haji. Tapi saya tidak ada uang," tutur kepada RIAUONLINE.CO.ID, Rabu (26/8/2015).
Lalu saya disuruh menunggu dan saya tunggu. Pas waktu Salat Zuhur masuk, saya azan di kantor Kemenag itu, semua ikut salat. Besoknya saya langsung berangkat haji.
Haji Malin sangat bersyukur atas kesempatan yang diberikan Allah padanya. Dia benar-benar tidak menyangka bisa menunaikan ibadah haji. "Saya yakin, ini semua atas izin Allah," katanya.
(Klik Juga: Isak Tangis Lepas Keberangkatan JCH Hari Ini)
Ia mengungkapkan, saat tiba di Mekkah Pukul 04.30 WIB waktu setempat, ia diminta azan oleh jemaah haji yang lain. "Saya yang azan, menjadi imam, khatib dan bilal. Karena mereka ingin medengar bacaan shalat dan azan saya," ungkapnya terseyum lebar, tampak giginya yang tidak cukup lagi.
Saat naik haji itu, lanjut Malin, ia hanya membawa uang Rp 15 ribu. "Kalau sekarang itu sekitar Rp 150 ribu," jelasnya. "Makan, minum, ongkos dan hotel diistimewakan dan gratis," lanjutnya.
Malin kesehariannya adalah pembantu beberapa masjid yang ada di Pekanbaru, seperti di Panam, Rumbai, Simpang Tiga dan lainnya. "Banyak yang kenal saya," ujarnya.
(Baca Juga: Inilah Biaya ONH Haji Plus Tahun 2015)
"Saya membantu membersihkan masjid, mengurus dan kalau ada yang meninggal atau sakit," ungkap Malin.
Ia membuka lapak sol sepatu di trotoar jalan hanya bermodalkan gerobak yang tidak kokoh lagi di Jalan Dagang, Kecamatan Sukajadi, dekat dengan Masjid Al Muqarabbin.
Awal ia bekerja jadi tukang sol sepatu tahun 1995 karena sudah 3 hari duduk dekat masjid tidak makan. Lalu ada orang lewat memberikan penjahit dan benang lima buah.
"Kemudian saya belajar sol sepatu dan bekerja hingga sekarang," ucap laki-laki yang tangannya masih mahir dan piawai menjahit sepatu.
(Klik Juga: Biaya Lokal JCH Pekanbaru 3 Juta Lebih)
Suami yang beristri dua ini telah memiliki 10 orang anak dan 13 cucu. "Istri saya yang satu sudah meninggal," ungkapnya.
Ia bersyukur anaknya sukses semuanya. "Anak pertama sudah pensiun dari Konrem. Anak bungsu saya seorang polisi di Medan," tutupnya.
Sukai/Like Fan Page Facebook RIAUONLINE dan Follow Twitter @red_riauonline