Alam Riau Dipaksa Beradaptasi Dengan Tanaman Asing

RIAUONLINE, PEKANBARU - Alam Riau dipaksa beradaptasi dengan tanaman asing yang bukan habitat asli Riau. Ini membuat kawasan bergambut Riau rusak dan mudah terbakar.


Demikian dikatakan Direktur Scale Up, Harry Oktavian, Senin (3/8/2015) kepada wartawan saat berdiskusi di Sekretariat AJI Pekanbaru. "Akasia dan sawit bukan tanaman asli Riau. Tanah Riau dipaksa untuk beradaptasi dengan tanaman luar. Alam Riau menejadi hancur karena cara-cara yang dipaksakan," kata Harry.

 

Dijelaskannya, akasia dan sawit bukan tanaman asli Riau atau daerah bergambut. Seharusnya, tanaman yang beradaptasi dengan lingkungan tempaat tumbuhnya, bukan sebaliknya.

 



Ditambahkan Dewan pakar Scale Up, Prayoto, izin konsesi yang diberikan di kawasan bergambut dalam, sudah menyebabkan kawasan tersebut kering dan rentan kebakaran. "Kubah gambut sebagai sumber air sudah rusak. gambut menjadi kering dan mudah terbakar. Di wilayah bergambut ini banyak titik api ditemukan," kata Prayoto.

 

Agar kebakaran hutan dan lahan (Karhutla) tidak kembali terjadi, fungsi kubah gambut harus dipulihkan dan perusahaan tanpa badan hukum namun memiliki ribuan hektar kebun ditertibkan. "Terkait Karhutla di Riau, sebenarnya regulasi dan komitmen pemerintah sudah ada untuk mencegahnya. Hanya saja kemauan dan keberanian yang belum ada," tandas prayoto.

 

Kerugian berlipat yang dialami negara ini. Selain kerusakan alam yang menyengsarakan masyarakat, pemerintah juga harus mengeluarkan biaya besar setiap tahunnya untuk menanggulangi Kerhutla dan kabut asap di Riau.

 

Sukai/Like Fan Page Facebook RIAUONLINE dan Follow Twitter @red_riauonline