RIAUONLINE, PEKANBARU - Jemari Sugianto begitu piawai merajut satu persatu bilah rotan. Dibantu dua pekerjanya, ia rangkai rotan menjadi sebuah tudung saji nan cantik.
Banyak produk rumah tangga Sugianto hasilkan dari rotan terpajang di kios rotan miliknya, seperti tudung saji, kursi, meja dan keranjang parsel. "Lagi buat tudung saji nih,” ujarnya, saat ditemui di kios rotan miliknya, Minggu (5/7/2015).
RIAUONLINE.CO.ID berkesempatan melihat produksi rotan Sugianto, di pinggir Jalan Yos Sudarso, Rumbai, Pekanbaru. Ia bercerita soal upayanya terus mempertahankan usaha kerajinan tradisional ditengah kemajuan zaman seperti saat ini.
Puluhan tahun bergelut sebagai pengrajin rotan, Sugianto tetap bersemangat dalam memajukan usahanya guna menghasilkan produk barang mebel.
(Bagaimana dampak pelarangan PNS terima parsel? Simak : Lebaran tak Dongkrak Omzet Perajin Rotan)
Jenis rotan digunakanpun beragam, seperti rotan manau, semambu, tabu-tabu, mawi dan danan. Harga ditawarkan untuk setiap pembelian produk juga bervariasi. Mulai dari Rp 15 ribu-Rp 3,5 juta.
“Rotan kami datangkan dari Mentawai dan Pelalawan,” ujarnya.
Banyak suka duka dijalani Sugianto dalam menjalankan usaha ini. Misalnya, ketika sudah ada tempat berjualan yang bagus, order banyak, tetapi tenaga kerja malah sedikit.
Sugianto menyayangkan masyarakat Pekanbaru kurang berminat menjadi perajin rotan. Ia pun terpaksa mendatangkan pekerja dari Pulau Jawa.
Imbasnya, Sugianto harus merogoh kocek lebih dalam untuk transportasi dan akomodasi pekerja tersebut. Upaya mendatangkan pekerja dari Jawa tidak serta merta membuat usaha kerajinan rotan Sugianto berjalan mulus. Kebanyakan pekerja itu pun tidak mampu bertahan lama di Pekanbaru.
Sukai/Like Fan Page Facebook RIAUONLINE dan Follow Twitter @red_riauonline
“Pekerja ini hanya bertahan setahun saja karena rasa jenuh mereka yang tinggi dalam mengerjakan kerajinan rotan,” ujarnya.
Sugianto mengaku sudah 25 tahun menekuni usaha kerajinan rotan. Kemampuannya merajut rotan dia dapatkan dari ayahnya yang juga perajin rotan.
Meski produk pabrikan terus membanjuri pasar, tidak ada kata menyerah dalam dirinya memajukan usaha kerajinan tradisionalnya itu.
Sugianto kerap tanpa pekerja sekalipun, tidak jarang pula ia harus turun langsung merajut rotan, kemudian merangkainya menjadi produk rumah tangga yang cantik seperti kursi, meja, tudung saji, kuda-kudaan dan lain sebagainya.
Ia tetap yakin produk kerajinan rotan tradisional tidak kalah hebat dari pabrikan. Buktinya, hingga kini dia masih mampu meraih penghasilan dari rajutan rotannya mencapai Rp 25 juta per bulan.
Tidak hanya Sugianto, Marni yang juga memiliki usaha kerajinan rotan menuturkan usaha kerajinan rotan sudah mendarah daging bagi keluarganya.
"Saya sudah menjalankan usaha ini selama 30 tahun. Sudah sempat beralih ke usaha yang lain, tetapi tetap saja akhirnya kembali lagi ke usaha ini," tuturnya.
Sukai/Like Fan Page Facebook RIAUONLINE dan Follow Twitter @red_riauonline