RIAU ONLINE - Untuk pertama kali di dunia, seorang perempuan transgender (pria yang menjadi wanita) dapat menyusui bayinya dengan Air Susu Ibu (ASI) sendiri. Padahal, transgender ini sama sekali tidak menjalani prosedur pembesaran payudara ataupun vaginoplasty.
Dilansir Straits Times yang dikutip dari Kumparan.com, Sabtu, 17 Februari 2018, transgender berusia 30 tahun tersebut menjalani terapi hormon bersama dokter Tamar Reisman dari Pusat pengobatan dan operasi Transgender di Mount Sinai Center, New York.
Kepada sang dokter, ia meminta bantuan agar bisa menyusui bayi. Dimana, lazimnya memang tidak mungkin seorang perempuan yang sebelumnya berjenis kelamin laki-laki bisa menyusui.
Namun dikter tersebut mampu mewujudkannya. Mereka memberikan obat yang dikembangkan secara khusus sehingga bisa meningkatkan kadar hormon tertentu yang bisa merangsang ASI dalam tubuh. Ia mengkomsumsi 10 miligram domperidone tiga kali sehari. Tak hanya minum obat ia juga diminta untk memakai pompa payudara setiap 5 menit, 3 kali dalam sehari.
Dan ternyata, setelah tiga bulan dapat menghasilkan ASI sekitar 236,5 ml setiap harinya. Satu bulan kemudian, produksi ASI semakin deras. Dr Reisman dan Goldstein pun kemudian menambah dosis domperidone dan terapi hormon lainnya agar produksi ASI semakin banyak.
Transgender ini pun bisa menyusui anaknya selama enam minggu secara normal, seperti seorang ibu yang baru saja melahirkan anaknya. Hingga akhirnya ia memberikan susu formula karena persediaan ASI-nya kurang. Bayi ini sekarang sudah berusia 6 bulan dan bisa tumbuh serta makan dengan normal.
Lalu, bagaimana penjelasan ilmiahnya? Apakah memang memungkinkan seorang yang terlahir sebagai laki-laki bisa menghasilkan ASI?
dr Tamar Reisman, ahli endokrinologi di Center for Transgender Medicine and Surgery di Mount Sinai hospital, New York, kepada The Washington Post menjelaskan bahwa terapi hormon yang dilakukan pada wanita transgender ini sama dengan terapi hormon yang dilakukan pada ibu yang air susunya tidak keluar setelah melahirkan.
Terapi ini juga digunakan untuk ibu yang mengadopsi anak agar memiliki ASI dan bisa menyusui anak adopsinya.
"Kami ingin memberikan pilihan reproduktif pada pasien kami dan kami hampir bisa melakukannya," ujarnya.
Sementara itu, dr. Mauris Garcia, kepala Transgender Surgery and Health Program di Cedars-Sinai Medical Center, Los Angeles mengatakan pria memang bisa menghasilkan air susu dengan beberapa cara.
Misalnya pada pria yang menjalani terapi hormon untuk pengobatan kanker prostat, bahkan sampai menumbuhkan payudara. Meskipun begitu, air susu yang dihasilkan tidaklah banyak.
Dalam kasus terbaru soal wanita transgender yang bisa menyusui ini, seorang pria mulai menjalani terapi hormon feminin pada tahun 2011. Hasilnya, ia memang bisa menyusui bayinya meskipun hanya enam minggu saja.
Masih dibutuhkan penelitian lebih jauh mengenai bagaimana wanita transgender bisa menyusui, terutama berhubungan dengan jumlah air susu yang keluar dan apakah obat-obat tersebut bisa digunakan untuk mengeluarkan air susu pada transgender lain. (1)
Sukai/Like Fan Page Facebook RIAUONLINE
Follow Twitter @red_riauonline
Subscribe Channel Youtube Riau Online,
Follow Instagram riauonline.co.id