RIAU ONLINE - Sudah bukan rahasia lagi jika saat ini banyak pencemaran melanda wilayah lautan di berbagai penjuru dunia. Kali ini, peneliti menguak adanya pencemaran plastik terhadap biota laut.
Lembaga Penelitian Air Norwegia (NIVA) telah menguji kerang laut yang diambil dari perairan Arktik. Meskipun perairan tersebut tampak jernih, namun ternyata ada potongan kecil plastik yang mencemari kerang laut di sana. Mirisnya lagi, terdapat sebagian besar plastik di semua kerang yang diuji di sepanjang pantai Norwegia.
Salah seorang peneliti setempat, Amy Lusher mengungkapkan, plastik itu mungkin tersapu ke utara oleh arus laut dan angin dari Eropa dan Amerika, berakhir dengan berputar mengelilingi Samudera Arktik.
"Plastik kecil ditemukan pada kerang, yang dilihat ilmuwan," katanya seperti dikutip dari Antaranews.com, Kamis, 21 Desember 2017.
Sementara itu, survai sebelumnya menemukan mikroplastik, atau plastik berukuran mikro, di luar negara China, Cile, Kanada, Inggris dan Belgia. Di Norwegia, jenis moluska atau hewan bertubuh lunak, mengandung rata-rata 1,8 bit mikroplastik -yang dinyatakan lebih kecil dari 5 milimeter- dengan 4,3 bit di Arktik.
Pada tahun lalu, peneliti China menyatakan kerang bisa menjadi "bioindikator paparan mikroplastik" global, sebab moluska hidup di dasar laut di mana banyak plastik berada terakhir kalinya, tidak seperti ikan, tetap berada di tempat yang sama.
Dampak mikroplastik terhadap kehidupan laut atau manusia saat termakan masih tidak jelas. Para ilmuwan menduga bahwa harus memakan sejumlah besar kerang agar terkena risiko, bahkan memaksakan pola makan seperti orang Belgia, di mana moules et frites (kerang dan kentang goreng) adalah makanan favorit.
"Ini adalah sinyal peringatan bahwa kita perlu melakukan sesuatu untuk mengurangi masukan plastik ke laut," kata Richard Thompson, seorang profesor di Universitas Plymouth dan seorang ahli mikroplastik tentang penemuan di seluruh dunia.
"Hal ini menjadi perhatian saat ini ketimbang sebuah cerita peringatan untuk konsumsi manusia," katanya.
Hampir 200 negara menandatangani resolusi PBB pada bulan ini untuk menghilangkan polusi plastik di laut, mulai dari botol hingga tas supermarket dan kemasan makanan, diperkirakan mencapai 8 juta ton per tahun.
Penelitian Thompson telah menunjukkan bahwa kadar plastik yang sangat tinggi di dasar laut dapat membahayakan hewan seperti lugworms, sejenis cacing laut, yang tinggal di dasar laut dan membangun jaringan mereka.
Meski begitu, sebagian besar potongan plastik hanya melewati isi perut dari kerang ke manusia. Thompson mengatakan bahwa tingkat paparan manusia terhadap mikroplastik pada makanan laut kemungkinan berada di bawah ketimbang plastik sehari-hari, mulai dari mainan hingga jaket katun.
Cina dan Uni Eropa adalah produsen utama ternak kerang dalam bisnis global senilai 3 miliar dolar AS.
Ilmuwan ingin mengetahui apakah mikroplastik bisa menyebabkan kerang atau tiram membentuk mutiara, yang di alam bebas sering dibuat untuk melawan benda asing alami seperti pasir.
Sukai/Like Fan Page Facebook RIAUONLINE
Follow Twitter @red_riauonline
Subscribe Channel Youtube Riau Online,
Follow Instagram riauonline.co.id