RIAU ONLINE - Memakai celana jins ketat menjadi trend tersendiri bagi anak muda saat ini. Tak peduli apakah badannya kurus maupun gendut. Bahkan mereka rela mengecilkan pinggang celana mereka lagi dari ukuran sebelumnya demi mendapatkan ukuran diidam-idamkan.
Tak aneh, di antara mereka mau menyiksa diri dengan memakai celana seperti itu hingga harus meminta bantuan orang lain hanya untuk memasang resleting celananya atau bahkan melompat-lompat agar celana tersebut muat dengan pinggangnya.
(Baca Juga: Ini 6 Makanan Penyebab Sakit Jantung)
Namun, tanpa mereka sadari, pemakaian celana ketat terutama berbahan jeans, ternyata mengundang bahaya bagi pemakai apakah laki-laki maupun perempuan.
Memang, sebelumnya kaum pria lebih sering dikaitkan dengan isu ini dengan isu menyebabkan kemandulan. Namun, bagi perempuan, jika terlalu sering memakai celana ketat sebenarnya rentan terkena masalah saraf dan sendi, terutama di bagian pinggul dan pinggang.
Kepala Unit Fisioterapi, Departemen Layanan Pemulihan Medis Rumah Sakit Kanselir Tuanku Muhriz, Pusat Medis Universitas Kebangsaan Malaysia (PPUKM), Zunaidah Abu Samah, pemakaian celana jeans, tidak akan membahayakan pemakai selagi mereka merasa nyaman, tidak ketat dan tidak membatasi gerakan. Namun, sebaliknya, ada risiko mereka hadapi.
(Klik Juga: Ini Keuntungan Anda Suka Minum Kopi)
Pemakaian celana yang ketat, tuturnya, tidak diperbolehkan jangka waktu lama dan terus-menerus. Ini akan menghambat gerakan serta menimbulkan masalah kesehatan.
“Ada penelitian terdahulu tentang pemakaian celana ketat dapat menyebabkan kaki terasa kebas pada paha atau lebih dikenal sebagai meralgia paresthetica diduga sering terjadi dalam kalangan pesepakbola," tuturnya.
“Pun begitu, kondisi tersebut terjadi bukanlah disebut spesifikasi kepada pemakaian celana jeans ketat semata-mata tetapi juga kepada pemakaian pakaian ketat berbagai jenis bahan dan tidak bagus di bagian pinggang," lanjutnya.
Efek pemakaian celana ketat terjadi ketika gerakan sendi tungkai bawah menjadi terbatas di bagian pinggang menyebabkan ruang pada bagian panggul dan sendi pinggul menjadi sangat sempit ketika orang tersebut bergerak seperti berjalan dan melangkah.
Kondisi lebih parahnya ketika menekuk tubuh ke depan saat duduk di kursi, jongkok dan sebagainya. Akibatnya, tekanan besar terjadi pada saraf di panggul secara tetap.
(Baca Juga: Laki-laki Idap Kanker Payudara)
"Sehingga mengakibatkan seseorang merasa kebas, terbakar, dingin, sakit menusuk, sangat sensitif bila tersentuh, selain rasa tidak nyaman pada bagian tepi paha. Gejala itu bisa terjadi sementara ataupun dalam waktu lama tergantung pada tingkat tekanan yang terjadi," tuturnya.
Pada tahap awal, mungkin seseorang itu hanya akan mendapat gejala seperti disebutkan di atas untuk sementara saja pada bagian lateral atau tepi paha.
“Namun, jika individu itu mengabaikan masalah terjadi dan tidak ada pengobatan diberikan, lama-kelamaan gejala lain seperti sakit pada sendi pinggul, sendi lutut atau otot betis akan muncul. Ini adalah dampak secara tidak langsung terjadi pada pasien ketika mereka mencoba memodifikasi gerakan aktivitas harian semata-mata untuk mengurangi gejala awal yang dialaminya,” ujar Zunaidah.
Sukai/Like Fan Page Facebook RIAUONLINE dan Follow Twitter @red_riauonline