Mencengangkan, Ini 2 Negara Paling Korup di Dunia

Ilustrasi-korupsi6.jpg
(via VOA Indonesia)

RIAU ONLINE - Lembaga pemantau korupsi global Transparansi Internasional mengungkap dua negara paling korup di dunia. Keduanya yakni Somalia dan Sudan Selatan.

Praktik korupsi di dua negara itu merajalela lantaran buruknya sistem peradilan yang membuat lemahnya akuntabilitas pejabat publik.

Organisasi itu dalam laporannya pada Selasa, 30 Januari 2024, menyatakan bahwa menurut Indeks Persepsi Korupsi sepanjang 2023, Somalia dan Sudan Selatan masing-masing mendapat skor 11 dan 13, dari 100, tanpa adanya tanda-tanda perbaikan. Padahal negara tersebut terdampak krisis berkepanjangan dan konflik bersenjata.

Sementara itu, Guinea Khatulistiwa dan Libya masing-masing mendapat skor 17 dan 18.

Persepsi korupsi sektor publik di 180 negara diukur Transparansi Internasional di 180 dengan skor dari 0 atau sangat korup, hingga sangat bersih dengan skor 100.

Lembaga ini menyebut, negara-negara Afrika memperlihatkan kondisi stagnan, yang mengindikasikan adanya performa buruk yang ditunjukkan dengan skor rata-rata 33. Sedangkan sekitar 90 persen negara-negara sub-Sahara Afrika mencatat skor di bawah 50.



Transparansi Internasional mendesak pemerintah di negara-negara sub-Sahara agar memberikan jaminan independensi, sumber daya dan transparansi dalam sistem peradilan agar pelaku korupsi dihukum secara efektif.

Samuel Kaninda, penasihat Transparansi Internasional regional Afrika, mencatat bahwa ada keharusan yang mendesak dalam mengatasi buruknya tata kelola pemerintah, selain mengatasi kudeta dan konflik di di benua tersebut.

“Memperkuat sistem peradilan dan memfungsikan mekanisme akuntabilitas adalah kunci mengakhiri kemunduran yang terus terjadi di kawasan ini dalam rangka melawan korupsi,” kata Kaninda.

Seychelles adalah negara sub-Sahara Afrika menjadi negara dengan tingkat korupsi terendah dengan skor 71, disusul Cap Verde (64), Botswana (59) dan Rwanda (53).

Lembaga pemantau itu juga mencatat bahwa Pantai Gading sebagai salah satu negara yang memperlihatkan kemajuan konsisten dalam sepuluh tahun terakhir setelah Presiden Alassane Ouattra menerapkan beberapa terobosan yang meningkatkan mekanisme akuntabilitas dalam pemerintahannya.

Indeks Persepsi Korupsi 2023 menunjukkan bahwa korupsi sudah merajalela di seluruh dunia.

Rata-rata indeks global berada pada angka 43, sementara sebagian besar negara tidak mengalami kemajuan atau bahwa mengalami penurunan dalam sepuluh tahun terakhir.

“Korupsi memperburuk ketidakadilan sosial dan berdampak tidak proporsional terhadap kelompok-kelompok paling rentan. Di banyak negara, hambatan terhadap keadilan bagi korban korupsi masih ada,” kata Daniel Erikkson, CEO Transparansi Internasional.

“Sudah waktunya mendobrak hambatan dan memastikan masyarakat dapat mengakses keadilan secara efektif. Setiap orang berhak mendapatkan sistem hukum yang adil dan inklusif di mana suara korban didengarkan di setiap tahap. Kalau tidak, hal itu merupakan penghinaan terhadap keadilan,” kata Erikkson.(ANTARA)