Ubasute, Tradisi Membuang Orang Tua ke Hutan di Jepang yang Melegenda

Ubasute.jpg
((Foto Ancient-Orogins))

RIAUONLINE, TOKYO-Tradisi membuang orang tua ke hutan di Jepang atau Ubasute mungkin terdengar aneh.

Tapi, praktik ini diyakini pernah terjadi di masa lalu. Tradisi kuno tersebut melegenda dalam cerita rakyat Jepang.

Jepang dikenal memiliki tradisi dan kebudayaan yang begitu kental. Salah satunya adalah Ubasute, tradisi membuang kerabat atau orang tua di tempat yang terpencil untuk dibiarkan mati.

Ubasute memang tak dipraktikkan lagi di zaman modern. Tapi, disebut-sebut bahwa sekarang tradisi ini mau dihidupkan lagi dalam bentuk berbeda.

Ubasute juga dikenal sebagai obasute berarti meninggalkan seorang wanita tua. Ada pula sebagai oyasute yang diartikan menjadi meninggalkan orang tua.

Ubasute adalah jenis senisida (pembunuhan orang tua) di mana orang tua ditinggalkan di gunung atau tempat terpencil lainnya untuk mati.

Hutan lebat di dekat kaki barat laut Gunung Fuji, dikenal sebagai Aokigahara (juga dikenal sebagai Jukai yang berarti Lautan Pohon), salah satu tempat yang dianggap begitu populer untuk ubasute di masa lalu.



Dikisahkan dalam cerita rakyat Jepang, terlepas dari kenyataan bahwa cerita-cerita ini tampaknya tentang orang tua yang ditinggalkan.

Mereka sebenarnya dimaksudkan untuk menginspirasi kesalehan anak dan mencegah orang untuk meninggalkan orang tua mereka yang sudah lanjut usia.

Ubasuteyama yang diartikan menjadi Gunung Ubasute, salah satu cerita ubasute yang paling terkenal. Dalam cerita rakyat ini, seorang ibu tua dibawa ke gunung oleh putranya dengan maksud untuk meninggalkannya.

Terlepas dari kenyataan bahwa dia sadar akan apa yang dilakukan putranya, sang ibu tetap peduli padanya dan menyebarkan ranting-ranting yang patah di tanah untuk membantunya menuruni gunung.

Cerita ini menekankan cinta seorang ibu untuk anak-anaknya. Kemudian dengan sendirinya merupakan argumen yang kuat dalam melawan ubasute.

Sementara itu, banyak yang percaya bahwa praktik ini sepenuhnya tidak benar, beberapa mengeklaim Ubasute memengaruhi pembentukan Hutan Bunuh Diri yang ikonik di Jepang.

Tidak adanya bukti yang cukup untuk menunjukkan ubasute telah umum dipraktikkan di masa lalu, hingga kini ubasute terbatas dalam legenda saja.

Namun, kisah-kisah ini telah memicu praktik ubasute modern. Di mana praktik ubasute itu tengah dihidupkan kembali dikutip dari sindonews

Misalnya, dilaporkan pada tahun 2015, seorang pria berusia 63 tahun didakwa karena membuang kakak perempuannya yang lumpuh di lereng gunung untuk meninggal pada tahun 2011.

Dalam laporan lain, seorang wanita ditangkap karena membuang ayahnya yang sudah lanjut usia di halte layanan jalan raya pada tahun 2018.

Selanjutnya, akibat dari kemiskinan, semakin banyak orang yang membawa kerabat lanjut usia ke rumah sakit dan lembaga amal untuk diadopsi.

Jelas bahwa ubasute telah memikat orang selama berabad-abad karena nada suram dan emosionalnya. Praktik ini telah menjadi legendaris, bahkan mempengaruhi karya seni dan sastra dengan hebat.