Polisi Wanita Afghanistan: Milisi Taliban Berhubungan Seks dengan Mayat

Muskan.jpg
(Sentinel Assam)

RIAU ONLINE, KABUL-Perempuan Afghanistan menceritakan ada milisi Taliban yang berhungan seks dengan mayat wanita.

Perempuan yang kini mengungsi di New Delhi itu hanya bersedia diidentifikasi dengan nama pendeknya, Muskan.

Dalam wawancaranya dengan stasiun televisi News18, Muskan mengaku bekerja di kepolisian di Afghanistan sebelum mengungsi ke India karena takut dengan Taliban.

Praktik berhubungan seks dengan mayat disebut necrophilia.

Muskan mengungkapkan bahwa Taliban menangkap para wanita Afghanistan atau menembak mereka. Dia juga mengungkapkan bahwa seorang wanita dijemput oleh milisi Taliban baru-baru ini.

Menurutnya, para milisi itu menginginkan wanita dari setiap keluarga di Afghanistan.



Lantaran nyawanya terancam oleh kelompok militan tersebut, Muskan harus meninggalkan pekerjaannya dan melarikan diri dari negaranya.

"Ketika kami berada di sana, kami menerima banyak peringatan. Jika Anda pergi bekerja, Anda berada di bawah ancaman, keluarga Anda berada di bawah ancaman. Setelah satu peringatan, mereka akan berhenti memberikan peringatan apa pun," katanya yang dilansir Nation World, Senin (23/8/2021).

"Mereka juga memerkosa mayat. Mereka tidak peduli apakah orang itu hidup atau mati...Bisakah Anda bayangkan ini?" lanjut Muskan dikutip dari sindonews

 Menurutnya, jika ada wanita yang bekerja untuk pemerintah, mereka akan mengalami nasib buruk.

Perempuan Afghanistan lain yang datang ke India pada 2018 mengatakan bahwa ayahnya ditembak mati oleh Taliban karena dia bekerja untuk polisi pemerintah.

Pamannya juga ditembak karena dia bekerja sebagai dokter untuk Angkatan Darat Afghanistan.

Sebelumnya, dilaporkan bahwa salah satu pendiri satu-satunya sekolah asrama khusus perempuan di Afghanistan telah membakar semua dokumen murid-muridnya yang berusaha melindungi mereka dan keluarga mereka di tengah ketakutan baru akan penganiayaan terhadap perempuan di negara itu setelah pengambilalihan kekuasaan oleh Taliban.

Shabana Basij-Rasikh, kepala Sekolah Kepemimpinan Afghanistan (SOLA), mengatakan tujuannya bukan untuk menghapus mereka tetapi untuk melindungi siswa dan keluarga mereka dari Taliban.

Sejak mengambil alih kekuasaan Afghanistan, Taliban mengeklaim telah berubah dari citra kekerasan yang selama ini melekat pada jati diri mereka.

Kelompok itu bahkan berjanji akan menyelidiki setiap anggotanya yang masih melakukan kekerasan maupun pembunuhan.