Ketika Pilpres AS Rasa Pilpres Indonesia 2019, Saling Klaim Menang Antar Calon

Trump-dan-Biden2.jpg
(SHUTTERSTOCK/NICOLETA IONESCU)

RIAU ONLINE, WASHINGTON-Setelah melangsungkan pemilihan umum, calon presiden Amerika Serikat (AS), Donald Trump dan Joe Biden, saling mengklaim kemenangan.

Klaim kemenangan dalam dalam Pilpres AS 2020 ini  terjadi setelah Biden dan Trump memiliki selisih tipis dalam perolehan suara elektoral dalam proyeksi hasil Pilpres AS.

Tidak hanya itu, Donald Trump bahkan mengancam akan mengajukan gugatan ke Mahkamah Agung (Supreme Court) jika kalah dari Joe Biden, karena dia merasa dicurangi. Kondisi ini mendapat sorotan luas di media sosial baik oleh masyarakat, akademisi, pegiat politik, hingga jurnalis karena kesamaannya dengan kondisi di Indonesia.

Salah satunya, jurnalis senior ABC Australia David Lipson. Melalui akun Twitter-nya yang terverifikasi, David yang merupakan kepala biro AS untuk ABC Australia menyebutkan, saling klaim kemenangan itu mirip dengan kondisi pilpres di Indonesia. "Feeling like Indonesian politics rn," tulis David.

David Lipson sendiri pernah berpengalaman sebagai jurnalis yang meliput di Indonesia pada 2018-2019. Dia pun pernah meliput Pilpres 2019 yang saat itu diikuti oleh Joko Widodo-Ma'ruf Amin dan Prabowo Subianto-Sandiaga Uno. Twit David Lipson itu lantas ditanggapi oleh Ross Tapsell.



Ross merupakan pengajar senior di School of Culture, History and Languange Australian National University (ANU). Ross Tapsell juga dikenal memiliki konsentrasi studi terhadap kondisi sosial politik di Indonesia.

Dalam kicauannya, Tapsell menyindir bahwa kondisinya tak akan terlalu sama persis dengan Indonesia apabila nantinya calon yang kalah tidak masuk ke kabinet calon yang menang. "Absolutely. But it's not truly Indonesian politics unless Trump ends up Biden's Secretary of Defense," tulis Ross.

Apa yang dituliskan Ross ini merujuk kepada Prabowo Subianto sebagai capres yang kalah dalam pemilu akhirnya masuk di kabinet Joko Widodo yang memenangi Pemilu 2019. Twit keduanya sama-sama mendapat respons luas dari netizen di Indonesia. Ada yang sepakat, tetapi banyak pula yang menanggapinya dengan pernyataan bernada humor.

Melihat kondisi ini, pengamat politik dari Universitas Al Azhar Indonesia Ujang Komaruddin mengarakan, kondisi Pilpres AS dengan Pilpres Indonesia 2019 memang memiliki kesamaan. Pertama, kedua calon sama-sama bersaing secara habis-habisan. "Persaingannya habis-habisan. Hinga titik darah penghabisan. Sehingga (saat itu) Prabowo mengklaim kemenangan. Walaupun kalah. Ini sepertinya mirip di AS saat ini," ujar Ujang ketika dihubungi Kompas.com, Kamis 5 November 2020.

Selain itu, polarisasi yang terjadi di AS pun menurut Ujang sama dengan Indonesia pada tahun lalu. Dia menilai, kemungkinan karena kedua negara sama-sama menganut sistem demokrasi. "Dan demokrasi di Indonesiakan banyak merujuk ke AS.Demokrasi memang menghasilkan persaingan kontestasi terbuka dan ketat. Dan persaingan dalam kontestasi politik tersebut bisa mengarah ke polarisasi dan konflik," kata Ujang.

Namun, kata dia, demokrasi juga punya jalan keluar dengan cara konsensus. "Sekeras apapun persaingan dan pertarungan dalam Pilpres. Ujung dari itu semua adalah bagaimana bisa mengakui kemenangan lawan dengan lapang data," ujar dia. Diberitakan, kedua calon presiden Amerika Serikat masing-masing mengklaim kemenangannya dalam Pilpres AS 2020. Bahkan, baik kubu capres petahana dari Partai Republik Donald Trump dan penantangnya dari Partai Demokrat Joe Biden sudah menyiapkan tim pengacara sebagaimana dilansir dari BBC.

Trump menantang penghitungan suara di negara bagian kunci yakni Wisconsin, Pennsylvania, dan Michigan. Dilansir dari BBC, Biden menang di Michigan. Sementara sejumlah media AS juga memperkirakan Biden telah memenangi Wisconsin. Di sisi lain, belum ada hasil yang muncul di Pennsylvania. Jika Biden memenangi ketiga negara bagian penting tersebut, Wisconsin, Pennsylvania, dan Michigan, keadaan tersebut akan melenggangkannya ke Gedung Putih.

Artikel ini sudah terbit di Kompas.com