Geger Penemuan Dua Bongkah Permata Langka, Sang Penambang Dapat Rp 47 Miliar

Permata-tanzanite.jpg
(REUTERS)

RIAU ONLINE, DODOMA-Dua bongkah permata terbesar di dunia ditemukan di pertambangan trandisional di Tanzia. Penenuan itu sontak bibik geger pemerintah Tanzania. Sang penemu pun mendadak jadi miliarder.

Sang penambang diberikan pemerintah 7,74 miliar shilling Tanzania atau US$ 3,35 juta (Rp 47,6 miliar) untuk dua batu permata tanzanite terbesar yang dia temukan.

Dua batu permata biru-ungu tua, masing-masing seukuran lengan, ditemukan oleh Saniniu Laizer di salah satu tambang tanzanite di utara Tanzania.

Menurut laporan Reuters, 24 Juni 2020, batu permata pertama memiliki berat 9,27 kg sedangkan batu permata kedua berbobot 5,103 kg, kata seorang juru bicara kementerian pertambangan Tanzania.

Tanzanit adalah batu permata yang hanya ditemukan di wilayah utara kecil negara Afrika Timur.



"Peristiwa hari ini ... adalah untuk mengenalkan dua batu permata tanzanit terbesar dalam sejarah sejak awal aktivitas penambangan dilakukan di Mirerani," kata Simon Msanjila, sekretaris tetap di kementerian pertambangan, pada sebuah upacara di distrik Simanjiro di wilayah Manyara utara Tanzania.

Dua batu permata tanzanite besar ditemukan oleh Saniniu Laizer.[REUTERS]

Dua batu permata tanzanite besar ditemukan oleh Saniniu Laizer.[REUTERS]

 

Televisi Tanzania menayangkan Laizer ketika diberi cek besar setelah Bank of Tanzania membeli batu permata itu. Presiden John Magufuli menelepon untuk memberi selamat kepada Laizer secara langsung di televisi.

"Ini adalah pengakuan bahwa Tanzania negara kaya," kata Magufuli kepada menteri mineral Doto Biteko.

Tanzania tahun lalu mendirikan pusat perdagangan di seluruh negara untuk memungkinkan penambang skala kecil menjual permata dan emas mereka kepada pemerintah. Penambang kecil tidak secara resmi dipekerjakan oleh perusahaan pertambangan mana pun dan biasanya menambang secara manual.

Magufuli meresmikan tembok di sekitar konsesi penambangan tanzanite di Tanzania utara pada April 2018, dalam upaya untuk mengendalikan kegiatan penambangan dan perdagangan ilegal. Pada saat itu Presiden Tanzania tersebut mengatakan 40% dari tanzanite yang ditemukan di sana hilang. Artikel ini sudah terbit di Tempo