RIAU ONLINE, MOSKOW-Kabar mengejutkan datang dari Rusia. Perdana Menteri Dmitry Medvedev dan jajarannya memilih mundur setelah Presiden Rusia, Vladimir Putin menyampaikan pidato.
Dalam pidato kenegarannya, Putin mengusulkan untuk merombak konstitusi Rusia.
Keputusan ini sedikit mengejutkan banyak pihak. Medvedev mengaku ingin memberi ruang Putin mewujudkan keinginannya untuk reformasi besar-besaran-- juga dapat melanggengkan kekuasaannya.
Putin mengusulkan konstitusi memperkuat peran parlemen. Putin menginginkan wewenang lebih banyak dialihkan ke parlemen, termasuk kekuasaan untuk memilih perdana menteri dan anggota kabinet.
Medvedev mengatakan, rancangan konstitusi Putin akan membuat perubahan signifikan pada keseimbangan kekuasaan negara. Oleh karena itu, Medvedev memilih mundur.
"Semua keputusan lebih lanjut akan diambil oleh presiden," ujar Medvedev dilansir AFP.
Medvedev yang merupakan eks Presiden Rusia itu mengumumkan pengunduran dirinya lewat stasiun televisi nasional. Putin yang duduk di sampingnya, berterima kasih pada Medvedev dan akan menempatkannya sebagai wakil kepala Dewan Keamanan Rusia.
Putin dengan cepat menunjuk Mikhail Mishustin, Kepala Dinas Pajak Rusia, sebagai Perdana Menteri dan membentuk pemerintahan baru. Tidak ada rekam jejak politik yang selama ini digelut Mishustin.
Berbagai spekulasi pun bermunculan tentang bagaimana perubahan itu dapat memengaruhi sistem politik Rusia. Termasuk potensi yang memungkinkan Putin untuk tetap 'bertahan' setelah masa kepemimpinannya berakhir di 2024.
Artikel ini sudah terbit di Kumparan.com