Siti Aisyah, (kiri) asal Indonesia, dan Doan Thi Huong, asal Vietnam, terdakwa pembunuhan Kim Jong-nam.
(Foto Sky News)
RIAUONLINE, KUALA LUMPUR - Vonis terhadap Siti Aisyah, wanita asal Indonesia yang terkait tuduhan pembunuhan terhadap Kim Jong-nam, kakak tiri pemimpin Korut Kim Jong-un akan dibacakan hari ini, Kamis 16 Agustus 2018.
Ia menjadi terdakwa bersama seorang wanita lain asal Vietnam, Doan Thi Huong. Keduanya dituduh membunuh Kim Jong-nam dengan mengusapkan racun saraf VX ke wajah korban di Bandara Internasional Kuala Lumpur, Februari tahun lalu.
Dikutip dari Sindonews, beberapa kali dalam sidang terungkap bahwa kedua wanita itu ditipu oleh sekitar empat pria asal Korea Utara (Korut) untuk syuting adegan prank di televisi.
Mereka sama sekali tak tahu jika dimanfaatkan sebagai "agen" untuk membunuh kakak tiri Kim Jong-un tersebut.
Benah, ayah Aisyah mengungkap bahwa putrinya pernah melakukan panggilan telepon dari fasilitas di penjara Malaysia. Dia berbicara kepada ibunya untuk meyakinkan bahwa dia tidak bersalah.
Aisyah mengatakan, dia dan rekannya asal Vietnam Doan Thi Huong diperdaya untuk percaya bahwa mereka mengambil bagian dalam adegan prank atau lelucon untuk tayangan televisi.
"Dia mengatakan; 'Ibu, semua ini diatur, saya ditipu'," kata Benah menirukan ucapan Aisyah dalam panggilan telepon.
Pengacara Aisyah, Gooi Soon Seng, mengatakan kliennya telah dibayar untuk mengambil bagian dalam adegan prank serupa di bandara, hotel dan pusat perbelanjaan pada hari-hari sebelum kematian Kim Jong-nam.
Gooi Soon Seng yakin Aisyah akan dibebaskan hari ini dengan alasan bukti itu tidak cukup untuk melanjutkan persidangan.
Tidak ada saksi mata melihat kliennya menyerang Kim Jong-nam. Rekaman CCTV tidak secara konklusif menunjukkan bahwa wanita Indonesia ini melakukan pembunuhan. Selain itu, tidak ada jejak racun saraf VX yang ditemukan pada dirinya.
Setelah insiden itu, Aisyah tidak ke kamar mandi dan mencuci tangannya, atau mencoba melarikan diri dari negara itu. Sebaliknya, dia pergi berbelanja, dan kemudian bekerja.
Itu mengindikasikan bahwa wanita Indonesia itu benar-benar tidak tahu jika dijadikan "agen" pembunuh oleh orang-orang Korut.
Menurut Benah, panggilan telepon oleh Aisyah kepada keluarga hanya berlangsung lima menit. Durasi waktu singkat itu tidak memungkinkan bagi ibunya untuk mendengar cerita lengkap tentang bagaimana Aisyah bisa terlibat dalam pembunuhan Kim Jong-nam.
Terakhir kali, sang ibu melihat putri satu-satunya itu ketika pulang ke rumah Januari tahun lalu. Saat itu, Aisyah mengatakan bahwa dia akan menjadi bintang televisi.
"Ibu, saya akan menjadi seorang aktris. Saya memiliki tawaran dan peran saya adalah bermain trik," kata Benah, mengingat kata-kata putrinya, seperti dikutip Guardian.
"Saya memintanya untuk memastikan itu halal (diperbolehkan dalam Islam), dan dia berkata 'Tentu saja ibu, itu halal'," lanjut Benah.
"Akhirnya dia ada di televisi," ujar Benah. "Tapi tidak seperti yang saya harapkan."
Kim Jong-nam sejatinya adalah kandidat utama pewaris kekuasaan rezim Korut. Namun, dia diasingkan dari Kim Jong-un selama satu dekade terakhir karena mengkritik rezim Pyongyang.
Kematiannya di Kuala Lumpur memicu tuduhan bahwa Pyongyang telah merekayasa pembunuhan politik di luar negeri, sebuah tuduhan yang ditolak Korea Utara. Empat warga Korea Utara yang dianggap sebagai dalang pembunuhan Kim Jong-nam belum ditangkap polisi Malaysia usai serangan tersebut.
Kasus ini juga pernah menyebabkan keretakan hubungan diplomatik antara Korea Utara dan Malaysia.
Sukai/Like Fan Page Facebook RIAUONLINE
Follow Twitter @red_riauonline
Subscribe Channel Youtube Riau Online,
Follow Instagram riauonline.co.id