RIAUONLINE, JAKARTA - Kegiatan diskusi panel IPA Convex ke-42, di Jakarta Convention Center, masih dihangatkan dengan berbagai isu dan cerita menarik dari para pengusaha minyak.
Kamis, 3 Mei, 2018, di Plenary Session II terlihat tanpa ada tempat duduk yang kosong. Diskusi yang mengusung tema "How Countries Maintain & Improve Their Global Oil and Gas Investment Competitiveness" (Bagaimana Negara Mempertahankan & Meningkatkan Daya Saing Investasi Migas, memunculkan cerita menarik soal ladang minyak Zohr.
Mesir yang sempat dihebohkan dengan penemuan dan rencana pengelolan Ladang Minyak Zohr-nya di tahun 2015. Dan kini menjadi negara yang memiliki perkembangan signifikan atas investasi di sektor hulu migas. Perusahaan migas asal Italia Eni, tahun 2015, menemukan ladang gas Zohr yang memiliki cadangan gas 30 triliun kaki kubik.
Nader Zaki, dari Presiden Regional BP Asia Pasifik, perusahaan yang memiliki hak kepentingan partisipasi (PI/Participating Interest) sebesar 10% atas lapangan Zohr, memaparkan bagaimana Mesir dapat mengubah total kondisi investasi atas hulu migas di Mesir. Perubahan itu, juga memberikan dampak bagi Mesir untuk menemukan lapangan-lapangan migas lainnya.
Tahun 2011-2013, negara piramida ini pernah mengalami masa sulit, karena investasi di hulu migas sama sekali tidak tumbuh."investasi tidak tumbuh sama sam sekali ketika itu,"paparnya.
Sisi otoritas Mesir menjadikan penyebab utama titik balik iklim investasi perubahan di Mesir.Sebab, ketika itu mengambil keputusan yang tergolong berbeda. "Hal ini kisah Zohr dan selain Zohr. Dan semunya itu diketahui BP dan ENI, di mana dengan produksi baru berarti ada 60% peningkatan produksi dalam waktu tiga tahun" ujar Nader.
Nader memandang kolaborasi yang baik dengan kontraktor juga dibutuhkan untuk membentuk iklim investasi yang baik. Kemudian rencanapun akan bersama-sama dipikirkan bagaimana pengembangan jangka panjang dengan potensi yang ada.
Tak kalah penting adalah pemanfaatan teknologi, ujarnya, juga jadi penunjang penemuan ladang cadang gas raksasa di Zohr. Mereka menggunakan super komputer untuk melakukan simulasi reservoar dalam ekplorasi.
Pihaknya melakukan 800 ribu simulasi reservoar dalam 24 jam. Komputer itu bisa melakukan 1 simulasi dalam waktu 15 menit. Sebelumnya, satu kali simulasi bisa memakan waktu 1 bulan,"jelasnya.
Ia juga menceritakan pengalaman operasi BP di Indonesia yang menghambat bisnis hulu migas, yakni hal yang paling utama menurut dirinya ketersediaan infrastruktur. "Dukungan infrastruktur yang optimal dapat membuka banyak peluang bisnis," tutur Nader.
Dalam Diskusi itu juga Vice President Malaysia Petroleum Management of Petronas, Muhammad Zamri Jusoh juga hadir memberikan masukan dalam meningkatkans sektor hulu migas di Indonesia.
Sementara dari Executive Vice President Asia Pacific of Eni,Franco Polo menyentuh masalah fleksibilitas dengan mengambil manfaat dari pengalaman ENI dalam menyampaikan proyek gas Zohr di Mesir dengan cepat. Dimana Zohr adalah ladang gas besar di lepas pantai Mesir, dengan proses antara penemuan dan produksi terjadi hanya dalam 30 bulan.
Sedangkan moderator diskusi yang hangat adalah diskusi ini adalah Managing Director and Leader of Asia Pacifi Energy Strategy of Accenture Upstream.(im)