Perang Dunia III Diramalkan Bakal Pecah di 2 Negara Ini

Tentara-Suriah-menembakkan-rudal-di-damaskus.jpg
(LIPUTAN6.COM/AP)

RIAU ONLINE - Baru-baru ini dunia tengah dikhawatirkan bahwa dunia mungkin berada di ambang perang global atau Perang Dunia III, mengingat esklasi konflik yang terjadi di Suriah.

Rusia bahkan mengecam serangan rudal yang dilakukan Amerika Serikat, Inggris dan Prancis terhadap gudang senjata di Suriah. Negara Beruang Merah itu memperingatkan bahwa serangan koalisi akan menciptakan konsekuensi.

"Kita sekarang lebih dekat dengan perang dunia ketiga sejak Krisis Rudal Kuba," kata kolumnis dari situs Salon, Patrick Lawrence, seperti dilansir dari Liputan6.com, Kamis, 19 April 2018.

Sedangkan menurut Business Insider, potensi Perang Dunia III ada di Suriah. Hampir setiap malam, televisi pemerintah Rusia menampilkan siaran berita mengenai pesawat Rusia beraksi di Suriah, diselingi gambar tank dan pasukan NATO yang mengancam perbatasan Rusia.

Di sisi lain, sebuah pendapaat menyebutkan bahwa Perang Dunia III akan pecah di Laut China Selatan. Berikut penjelasan dari berbagai analis mengenai tempat terjadinya perang global seperti dikutip dari Liputan6.com.

Suriah

"Kami sedang tidak menuju perang nuklir dengan Rusia, tetapi masa ini adalah masa yang berbahaya. Jika Amerika terlibat dalam serangan langsung terhadap Assad, sementara di satu sisi ada perlawanan dari Rusia dan Iran, maka ini akan menjadi sesuatu yang mengerikan," ungkap Presiden perusahaan riset geopolitik Eurasia Group, Ian Bremmer.

Namun pendapat lain menyebutkan bahwa keputusan Rusia untuk tidak terlibat langsung dalam sistem pertahanan rudal canggihnya, menyerang balik pasukan koalisi, membuktikan bahwa Rusia tidak ingin ditarik ke dalam konflik AS.

Sementara menurut Malak Chabkoun dari Al Jazeera, serangan koalisi ditargetkan dengan hati-hati, demi menghindari kehadiran Rusia di Suriah dan mereka tidak akan melakukan apa pun untuk mengusir rezim Suriah dari tempatnya. Artinya, Moskow dengan mudah dapat mengabaikan pasukan dari ketiga negara tersebut.

Sorang analis keamanan bidang Eurasia, Mathieu Boulegue juga meragukan Vladimir Putin, yang akan menargetkan militer AS. Menurutnya, tak banyak hal yang bisa dilakukan Rusia.



"Saya tidak percaya bahwa Rusia akan menargetkan AS secara langsung di medan tempur, entah itu di Suriah atau di luar Suriah. Jika Perang Dunia Ketiga benar-benar pecah, maka penyebab utamanya bukan karena Suriah," katanya kepada HuffPost.

Militan Hezbollah di Lebanon, yang merupakan tetangga Suriah juga menyetujui bahwa bentrokan antara AS dan Rusia tidak akan mungkin terjadi.

"Kondisi seperti ini tidak menunjukkan adanya perang habis-habisan... kecuali kalau Donald Trump dan Benjamin Netanyahu benar-benar sudah kehilangan akal sehat mereka," tutur Wakil Sekjen Hezbollah, Sheikh Naim Qassem, kepada surat kabar Lebanon, Al Joumhouria.

Laut China Selatan

Mata duni tengah berpaling dari hubungan antara China dan AS, saat AS dan Rusia "bersinggungan langsung" dengan Suriah.

Namun, seiring "perang" perdagangan global, menyusul keputusan Donald Trump memberlakukan tarif tinggi pada impor China, beberapa ahli percaya bahwa perang militer di Laut China Selatan tidak dapat diganggu gugat.

Akhir tahun lalu, Center for Strategic and International Studies melalui analisis terbarunya menemukan China telah membangun fasilitas militer sebanyak empat kali, seukuran Istana Buckingham, di wilayah yang disengketakan itu.

Menurut Guardian, secara berkala, AS meluncurkan kapal perang melewati pulau-pulau itu. Begitu pula dengan Inggris yang berencana mengirim kapal induk ke wilayah itu pada tahun depan.

Konfrontasi di Laut China Selatan tidak dapat dihindari, kata Maochun Yu, seorang profesor sejarah dari US Naval Academy di Maryland. Beijing sedang berusaha untuk melindungi area perbatasan dan memperluas kontrol di wilayah perairan.

"Prioritas geopolitik dan geostrategis China adalah untuk merevisi atau mengubah tatanan internasional yang ada, yang telah didasarkan pada sistem aturan, undang-undang dan adat istiadat yang mengatur kepentingan global, termasuk Laut China Selatan," katanya kepada majalah Kebijakan Luar Negeri, The National Interest.

Mantan penasihat Donald Trump, Steve Bannon, menegaskan pada Maret tahun lalu, bahwa AS siap berperang di Laut China Selatan dalam lima hingga sepuluh tahun ke depan.

Sukai/Like Fan Page Facebook RIAUONLINE 

Follow Twitter @red_riauonline

Subscribe Channel Youtube Riau Online

Follow Instagram riauonline.co.id