Negara-negara Eropa Ini Satu Persatu Usir Diplomat Rusia, Ada Apa?

Bendera-Rusia.jpg
(Anadolu Agency)

RIAU ONLINE - Sebanyak 14 negara anggota Uni Eropa telah melakukan pengusiran terhadap puluhan puluhan diplomat Rusia sejak, Senin, 26 Maret 2018, kemarin.

Tindakan ini merupakan reaksi yang terkoordinasi atas serangan racun terhadap bekas mata-mata Rusia Sergei Skripal dan putrinya Yulia di Inggris.

Sejauh ini, sedikitnya 45 diplomat Rusia telah diusir dari seluruh Eropa.

"Sebagai tindak lanjut langsung terhadap keputusan Dewan Eropa pekan lalu untuk bereaksi terhadap Rusia dalam kerangka bersama, hari ini 14 negara anggota telah memutuskan untuk mengusir diplomat Rusia," kata Presiden Dewan Eropa Donald Tusk, yang berada di Varna Bulgaria untuk KTT Uni Eropa-Turki, melansir Anadoulu Agency, Selasa, 27 Maret 2018.

Donald Tusk mengungkapkan Dewan Eropa setuju dengan penilaian pemerintah Inggris bahwa sangat mungkin Federasi Rusia bertanggung jawab dan tidak ada penjelasan alternatif yang dapat diterima. Kami memutuskan untuk memanggil Duta Besar UE untuk Rusia untuk konsultasi

Jerman adalah salah satu negara pertama yang membuat pengumuman itu setelah Menteri Luar Negeri Heiko Maas menyatakan Berlin telah "mengusir empat diplomat Rusia".

Kementerian Luar Negeri Perancis dalam sebuah pernyataan mengatakan bahwa mereka telah memberitahu otoritas Rusia tentang keputusan untuk mengusir empat personel Rusia yang memiliki status diplomatik dari wilayah Perancis, dalam waktu satu pekan.

Polandia mengatakan mereka juga mengusir empat orang Rusia terkait serangan racun terhadap mantan mata-mata.

Selanjutnya Denmark, Belanda, Latvia, Spanyol dan Italia masing-masing menyatakan telah mengusir dua diplomat.

Lithuania dan Republik Ceko juga masing-masing mengusir tiga diplomat. Sementara itu, Estonia, Kroasia, Finlandia dan Rumania menyatakan telah meminta satu diplomat untuk pergi. Perdana Menteri Swedia Stefan Lofven kemudian juga mengatakan mereka juga akan mengusir seorang diplomat Rusia.

Ukraina, negara non-UE, mengikuti 14 negara anggota dan mengusir 13 diplomat Rusia. Albania juga mengikuti langkah tersebut dengan mengusir dua diplomat Rusia.

Tusk mengatakan bahwa "langkah-langkah tambahan, termasuk pengusiran lebih lanjut dalam kerangka kerja bersama Uni Eropa ini tidak terkecuali dalam beberapa hari dan pekan mendatang".



Dukungan kuat dari negara-negara Uni Eropa, Ukraina, AS dan Kanada menyusul pertemuan Dewan Eropa yang diadakan di Brussels pekan ini.

AS telah mengusir 60 diplomat yang disebut Washington bekerja sebagai pegawai intelijen, dan telah memerintahkan penutupan konsulat Moskow di Seattle.

Selain itu, Menteri Luar Negeri Kanada Chrystia Freeland mengatakan empat staf diplomatik kedutaan besar Rusia Ottawa atau konsulat jenderal di Montreal akan diperintahkan untuk keluar dari negara itu.

"Kami sepakat tentang pentingnya mengirim pesan Eropa yang kuat sebagai tanggapan atas tindakan Rusia," kata Perdana Menteri Inggris Theresa May kepada anggota parlemen di House of Commons pada Senin.

"Tanggapan internasional yang luar biasa dari sekutu kami tertulis dalam sejarah sebagai pengusiran kolektif terbesar terhadap pegawai intelijen Rusia dan akan membantu membela keamanan kami bersama," kata Menteri Luar Negeri Inggris Boris Johnson di Twitter.

"Rusia tidak dapat melanggar aturan internasional dengan impunitas," tambah dia.

Moskow menganggap langkah ini sebagai "gerakan provokatif yang tidak bersahabat dengan solidaritas yang buruk," kata sebuah pernyataan yang dipublikasikan di situs resmi Kementerian Luar Negeri.

"Tidak ada data obyektif dan komprehensif yang membenarkan keterlibatan Rusia dalam kasus Sergey dan Yulia Skripal," tambah pernyataan tersebut.

"Langkah tidak bersahabat dari kelompok negara ini tidak akan berlalu tanpa jejak, kami akan bereaksi terhadapnya," kata pernyataan itu.

Sementara itu, juru bicara Kremlin, Dmitry Peskov mengatakan bahwa Moskow menyesalkan keputusan negara-negara Barat untuk mengusir diplomat Rusia.

Sergei Skripal, 66, dan putrinya Yulia, 33, dirawat di rumah sakit setelah ditemukan kehilangan kesadaran kota Salisbury, Inggris.

"Skripal dan putrinya diracuni dengan gas saraf kelas militer dari jenis yang dikembangkan oleh Rusia,” khususnya dari kelompok Novichok, kata May setelah serangan tersebut.

Insiden di Salisbury mirip dengan kasus kematian mantan agen KGB Alexander Litvinenko pada 2006 setelah minum teh yang mengandung radioaktif.

Skripal diberi perlindungan di Inggris setelah pertukaran mata-mata pada 2010 antara AS dan Rusia. Sebelum pertukaran terjadi, ia dikurung di dalam penjara selama 13 tahun karena membocorkan informasi kepada intelijen Inggris.

Rusia melewatkan tenggat waktu yang diberikan London untuk menjelaskan penggunaan jenis gas saraf kelas militer tertentu dalam serangan itu.

"Tetapi tanggapan mereka menunjukkan penghinaan total terhadap keseriusan peristiwa ini," kata May.

Sukai/Like Fan Page Facebook RIAUONLINE 

Follow Twitter @red_riauonline

Subscribe Channel Youtube Riau Online

Follow Instagram riauonline.co.id