Aleksandr Kogan, seorang akademisi yang diduga membuat kuis untuk mengetahui kepribadian pengguna Facebook.
(LIPUTAN6.COM)
RIAU ONLINE - Kebocoran data pengguna yang dialami Facebook, bisa dibilang berasal dari Aleksandr Kogan, seorang akademisi yang diduga membuat "kuis" untuk mengetahui kepribadian pengguna Facebook.
Aleksandr Kogan akhirnya angkat bicara terkait merebaknya skandal besar ini. Kogan mengaku tak tahu hasil penelitiannya akan digunakan untuk kepentingan politik, apalagi dipakai oleh kubu Donald Trump.
Kogan "mengambil" data dari pengguna Facebook yang mengambil kuis buatannya, kemudian diduga dipakai pada kampanye politik.
Pria yang aktif sebagai dosen di Fakultas Psikologi Universitas Cambridge itu menjelaskan, pihak Cambridge Analytica mengajaknya untuk melakukan pekerjaan konsultasi. Sebagai catatan, Cambridge Analytica tak ada kaitannya dengan Universitas Cambridge.
"Mereka awalnya mengajakku untuk melakukan kerja konsultasi," ucapnya, melansir Liputan6.com, Jumat, 23 Maret 2018.
Proyek itu, kata Kogan, diadakan untuk mengumpulkan data, bukan untuk kepentingan laba. "Saya seorang akademisi, saya tidak tahu apa-apa tentang mendirikan perusahaan," kata Kogan.
Baca Juga Zuckerberg Akui Kesalahan Facebook Saat Lindungi Data Pengguna
Saat ditanya apakah Kogan mengatahui bahwa data yang ia kumpulkan akan digunakan untuk kepentingan politik. Kogan mengaku tidak tahu secara menyeluruh.
"Saya tahu itu untuk konsultasi politik, tapi di luar itu saya tidak tahu," ucapnya.
Namun kemudian, Kogan tampak tidak terlalu yakin. "Saya tidak tahu. Seingatku tidak, walau mereka menggunakannya untuk tujuan politik, tapi banyak ambiguitas dalam hal itu," jelas Kogan.
Kogan turut mengungkapkan kalau data yang ia peroleh dari Facebook tidak terlalu akurat untuk menilai seorang individu, melainkan hanya untuk kelompok saja.
Kogan mengaku terlibat setelah menerima ajakan Christopher Wylie, yang merupakan staf Cambridge Analytica.
Wylie yang kini dianggap pahlawan whistleblower (pembocor rahasia internal perusahaan) ternyata adalah orang yang pertama kali mengajak Kogan bergabung.
Kala itu, Wylie meyakinkan Kogan bahwa yang mereka lakukan sebenarnya bersifat sah-sah saja. Terkait masalah data, Kogan pun menolah disebut menjual data ke Cambridge Analyticake.
"Saya tidak menjual, itu permintaan untuk membangun proyek, kami mencoba transparan dan jujur sebisa kami. Segala yang kami tunjukan pada mereka adalah inilah pemahaman terbaik tentang ilmu di bidang ini kala itu," jelas Kogan.
Klik Juga Inggris dan AS Selidiki Facebook, Ada Apa?
Data yang dimiliki Cambridge Analytica diduga memberikan bantuan politik kepada Donald Trump yang waktu itu mengajukan diri sebagai presiden.
Kecurigaan bersumber dari Steve Bannon, yang aktif di Cambridge Analytica. Bannon sendiri pernah aktif sebagai anggota penasihat Trump sejak masa kampanye, sebelum akhirnya dipecat ketika Trump menjadi presiden.
Kogan sendiri tidak tahu menahu mengenai hubungan antara Cambridge Analytica dan Trump. "Tidak, aku tidak tahu bila mereka bekerja dengan Trump atau menggunakan datanya," pungkas Kogan.
Sukai/Like Fan Page Facebook RIAUONLINE
Follow Twitter @red_riauonline
Subscribe Channel Youtube Riau Online,
Follow Instagram riauonline.co.id