RIAU ONLINE - Inggris memberikan waktu sepekan untuk 23 diplomat Rusia meninggalkan Inggris. Tenggat waktu ini menyusul pengumuman tindakan balasan Inggris terhadap Moskow termasuk pengusiran terhadap puluhan diplomat Rusia tersebut.
Perdana Menteri Theresa May hal ini mengumumkan tindakan balasan itu di hadapan parlemen Inggris, setelah Rusia menolak tuntutan untuk menjelaskan alasan terkait penggunaan gas saraf maut era Soviet di kota Salisbury, Inggris, untuk meracuni bekas mata-mata Rusia Sergei Skripal dan putrinya, Yulia.
May mengatakan pemerintahnya akan merancang legislasi yang melindungi Inggris dari tindakan bermusuhan sebuah negara dan akan mempertimbangkan serangkaian tindakan baru anti-spionase.
Tindakan balasan yang diutarakan May diantaranya membekukan aset orang-orang Rusia yang dianggap melanggar HAM dan menghentikan semua kontak tingkat tinggi antara Inggris dan Rusia, termasuk menolak kunjungan Menteri Luar Negeri Rusia, Sergey Lavrov yang direncanakan.
Dilansir dari VOA Indonesia, Kamis, 15 Maret 2018, pengusiran ini merupakan yang terbesar sejak 1971, atau sejak masa puncak Perang Dingin.
May mengungkapkan tanggapan Rusia terhadap tuduhan Inggris bahwa Kremlin terlibat dalam aksi peracunan itu sangat mengecewakan, dan Moskow tidak memberi penjelasan bagaimana gas saraf yang disebut Novichok itu digunakan pada serangan tersebut.
Sebelumnya, Rusia membantah terlibat dalam serangan racun itu. Sementara menurut May, Moskow tidak menanggapi tuntutan Inggris secara serius.
May sempat bentrok dengan pemimpin Partai Buruh Jeremy Corbyn, yang mempertanyakan pendekatan May yang dianggap tidak melibatkan banyak pihak. Namun May sendiri mendapat dukungan banyak pihak dari berbagai partai, termasuk para legislator Partai Buruh.
Sukai/Like Fan Page Facebook RIAUONLINE
Follow Twitter @red_riauonline
Subscribe Channel Youtube Riau Online,
Follow Instagram riauonline.co.id