Sempat Bersitegang, Hal Ini Jadi Sorotan Dunia Jika Trump Bertemu Kim Jong Un

Kim-dan-Trump.jpg
(CNN)

RIAU ONLINE - Undangan pemimpin Korea Utara, Kim Jong-un disambut positif oleh Presiden Amerika Serikat Donald Trump. Keduanya direncanakan akan bertemu dan bertatap muka pada Mei mendatang.

Pertemuan pertama ini akan sangat menyedot perhatian dalam sejarah diplomasi AS dan Korea Utara, mengingat kedua negara tersebut selama ini tengah bersitegang karena program nuklir Korea Utara dan sanksi diberikan AS kepada negara itu.

Banyak pihak yang tertarik untuk melihat perkembangan dari pertemuan ini. Padahal, rencana tersebut masih bisa berubah sewaktu-waktu. Inilah hal-hal yang menyedot perhatian publik terkait pertemuan antara Kim dan Trump seperti melansir Merdeka.com, Senin, 12 Maret 2018.

Tempat penyelenggaraan pertemuan Kim dan Trump

Tempat penyelenggaraan pertemuan Kim dan Trump belum juga ditentukan. Padahal, waktu pertemuan tersebut telah ditetapkan pada Mei mendatang. Akan membawa keburuntungan bagi Kim jika pertemuan itu digelar di Pyeongyang, Korea Utara. Namun, akan menimbulkan risiko bagi Trump.

Zona Demiliterisasi Korea (DMZ) yang membagi Korea Utara dan Korea Selatan mungkin akan menjadi tempat paling netral untuk dijadikan tempat pertemuan. Tempat itu juga menyediakan kemudahan akses bagi kedua pihak, lingkungan yang terkendali dan fasilitas yang sudah ada.


Jika Beijing atau Jenewa yang merupakan tempat lebih netral dijadikan tempat pertemuan, maka akan ada tiga pemain kunci dalam pertemuan itu, termasuk tuan rumah. Selain itu, Trump atau Kim akan meninggalkan negeranya masing-masing.

Tempat yang paling tidak mungkin digunakan untuk pertemuan adalah Seoul dan Washington. Tapi, tidak menutup kemungkinan hal itu terjadi mengingat adik Kim, Kim Yo-jong baru saja menginjakkan kaki di Korea Selatan.

Jika pertemuan dilakukan di Markas Besar Perserikatan Bangsa-Bangsa di New York, kota asal Trump, maka ini akan menjadi kali pertama Kim menginjakkan kaki di tanah AS.

Persiapan Trump



Trump mengumumkan bahwa ia menyetujui pertemuan dengan Kim, setelah 24 jam Menteri Luar Negeri AS Rex Tillerson mengatakan bahwa negosiasi AS dan Korea Utara hampir tidak mungkin dilakukan. Terbukti, betapa tidak selarasnya keputusan yang dibuat petinggi AS.

Selain itu, di bawah kepemimpinan Trump, Kementerian Luar Negeri AS telah kehilangan diplomat yang ahli dalam persoalan Korea. Bahkan, AS pun belum menunjuk duta besar AS untuk Seoul. Satu-satunya pakar terbaik dalam urusan Korea, Victor Cha, menolak untuk ditunjuk sebagai dubes karena tidak setuju AS menggempur Korea Utara.

Sementara, Joseph Yun yang merupakan perwakilan khusus AS untuk kebijakan Korea utara baru saja pensiun pada pekan lalu.

"Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) biasanya dilakukan setelah serangkaian negosiasi di tingkat bawah. Tetapi Trump, yang selalu mencari publisitas, tiba-tiba saja meloncat masuk. Dia terlihat tidak tahu apa-apa. Yang dipikirkannya hanyalah kebijakan untuk menang," kata seorang profesor dari Universitas Nasional Pusan Robert Kelly

Kepribadian berbeda Kim dan Trump bisa hambat perundingan

Karakter dan latar belakang yang dimiliki Trump dan Kim berbeda. Kim terpilih untuk memimpin Korea Utara dilatarbelakangi dari kekuasaan yang diwariskan oleh sang ayah. Bahkan, Kim telah dipersiapkan untuk menjalani posisinya saat ini selama bertahun-tahun.

Semantara, Trump adalah salah satu presiden AS yang tidak memiliki sejarah politik. Trump justru dikenal sebagai taipan di bidang pengembangan properti dan pria yang menginisiasi berbagai acara televisi.

Kim jauh lebih unggul jika dilihat dari segi pengalaman. Pasalnya, Kim telah memimpin negaranya selama enam tahun dan diperkirakan akan terus memimpin selama beberapa dekade ke depan sebelum mewariskan kekuasaannya.

Tahun lalu, Kim dan Trump sempat bersitegang bahkan saling melempar ejekan pribadi. Trump menyebut Kim sebagai 'Manusia Roket' sementara Kim membalasnya dengan menyebut Trump 'dotard' yang berarti orang tua lemah dan pikun.

Bahkan, Trump membalasnya dengan ejekan tak jauh berbeda. Meski kemudian dia juga meralatnya dengan mengatakan harapan menjadi teman Kim.

"Buat apa Kim Jong-un menghina saya dengan menyebut saya 'tua', padahal saya tidak pernah menyebut dia 'gendut dan pendek'? Saya berusaha keras untuk jadi temannya dan mungkin suatu hari nanti bisa jadi temannya," tulis Trump di Twitter.

Banyak pihak yang mengkhawatirkan pertemuan ini tidak berjalan lancar karena keduanya sama-sama keras kepala dan merasa paling benar.

Sukai/Like Fan Page Facebook RIAUONLINE 

Follow Twitter @red_riauonline

Subscribe Channel Youtube Riau Online

Follow Instagram riauonline.co.id