RIAU ONLINE - Harga minyak dunia turun untuk enam hari berturut-turut, Jumat 9 Februari 2018, setelah Iran mengumumkan akan menaikkan produksi minyak dan produksi minyak Amerika menyentuh rekor tertinggi.
Situasi ini menambah kekhawatiran akan kenaikan tajam pasokan dunia. Tren penurunan harga minyak berlanjut di tengah rontoknya bursa saham dunia karena para investor khawatir dengan kenaikan inflasi.
Dilansir laman VOAINDONESIA, Jumat 9 Februari 2018, kontrak berjangka minyak Brent turun 44 sen atau 0,7 persen, menjadi $64,37 per barel.
Pada Kamis 8 Februari 2018, Brent turun 1,1 persen ke harga penutupan terendah sejak 20 Desember 2017.
Kontrak berjangka minyak Amerika, West Texas Intermediate (WTI), turun 62 sen atau 1 persen, menjadi $60,53 per barel. WTI sempat turun 1 persen pada sesi perdagangan sebelumnya dengan ditutup pada harga terendah sejak 2 Januari. Kedua kontrak berjangka sudah turun lebih dari 9 persen tahun ini, dari level tertinggi yang dicapai pada Januari.
“Taruhan bahwa harga minyak dan komoditi metal akan terus naik, misalnya yang dilakukan oleh lindung nilai (hedge funds), naik ke level yang bullish berlebihan,” kata Carsten Menke, analis riset komoditi, dari Bank Swiss Julius Baer.
“Kami melihat harga minyak akan turun terus ke level di bawah $60 per barel,” kata dia.
Iran, salah satu anggota OPEC, Kamis 8 Februari 2018 mengumumkan rencana untuk menaikkan produksi sebanyak 700 ribu barel per hari, dalam waktu empat tahun ke depan.
Sementara itu, Badan Informasi Energi AS atau EIA mengatakan minggu ini, produksi minyak mentah Amerika minggu lalu naik menyentuh rekor 10,25 juta barel per hari. Pada level ini, produksi minyak Amerika akan mengalahkan produksi minyak Arab Saudi, produsen minyak terbesar di OPEC.(2)