Inilah Kedahsyatan Senjata Pembawa Kiamat Rusia yang Khawatirkan Dunia

Rudal-Rusia.jpg
(LIPUTAN6.COM/TWITTER/@mod_rusia)

RIAU ONLINE - Sebuah laporan yang muncul dalam dokumen US Nuclear Posture Review milik Departemen Pertahankan yang baru dirilis pada awal Februari 2018 menyebutkan bahwa saat ini Rusia tengah membuat kapal selam yang dapat membawa rudal torpedo berdaya ledak dahsyat. Bahkan, mampu menghancurkan sebuah wilayah di pesisir pantai dan memicu tsunami setinggi 150 meter.

Pada 2015, untuk pertama kali membeberkan bahwa pihaknya sedang mengerjakan kapal selam drone peluncur rudal nuklir. Saat itu, sejumlah jenderal tinggi Negeri Beruang Merah mempresentasikan cetak biru drone tersebut ketika pertemuan dengan Presiden Rusia Vladimir Putin.

Dari cetak biru itu, diketahui bahwa drone tersebut dikenal secara resmi dengan nama Ocean Multipurpose System Status-6. Pihak Pentagon menyebutnya dengan nama 'Kanyon'. Kekuatan itu membuatnya dijuluki 'senjata kiamat'.

Berikut 4 kedahsyatan Kanyon alias OMS Status-6 milik Rusia, seperti dilansir dari Liputan6.com, Jumat, 9 Februari 2018.

1. Berupa Kapal Selam

Senjata kiamat tersebut berupa kapal selam drone yang dapat membawa dan menembakkan rudal dengan nuklir dengan bobot 100 megaton berjarak tempuh maksimal hingga 10.000 km, mampu menyelam sejauh 1 km di bawah permukaan laut, dan mampu mencapai kecepatan maksimal hingga 103 km/jam.

Alutsista itu, bahkan mampu 'menghancurkan instalasi ekonomi penting musuh di wilayah pesisir dan menyebabkan kerusakan fatal di teritori musuh, dengan menciptakan area kontaminasi radioaktif yang luas, sehingga tak lagi dapat digunakan untuk militer, ekonomi atau aktivitas lainnya untuk waktu yang lama.'

Badan Intelijen AS mendeteksi bahwa Rusia telah menguji kapal selam tak berawak itu saat diluncurkan dari kapal selam Rusia Sarov-class pada 2016.

"OMS Status-6 dirancang untuk membunuh warga sipil dengan ledakan dan kehancuran besar-besaran," kata mantan pejabat Pentagon, Mark Schneider kala itu.

2. Mampu Hancurkan New York dan Picu Tsunami 150 Meter

Harian pemerintah Rusia Rossiyskaya Gazeta melaporkan bahwa alutsista tersebut tengah dirancang untuk mampu membawa bom kobalt, varian bom nuklir yang menghasilkan sejumlah radiasi radioaktif lebih banyak ketimbang hulu ledak atom biasa. Hal ini dilakukan untuk mencapai kontiminasi radioaktif yang ekstentif.

"Sebuah bom kobalt adalah konsep senjata 'kiamat' yang lahir pada masa Perang Dingin. Namun tampaknya tak pernah dikembangkan, hingga kini," tambah surat kabar Rossiyskaya Gazeta.



Rudal itu bahkan diprediksi mampu menimbulkan ancaman yang signifikan terhadap AS. Popular Mechanics mencatat bahwa dengan muata nuklir yang dapat dibawa, rudal itu mampu menghapus kota seukuran New York, menewaskan 8 juta orang secara instan dan melukai 6 juta lainnya.

Ukuran yang masih membuat rudal itu mampu memicu tsunami buatan serta menyerbarkan materi nuklir. Dikabarkan juga, rudal itu membawa hulu ledak "asin" dengan isotop radioaktif Cobalt-60, yang akan membuat sebuah daerah yang terdampak harus disterilisasi dari manusia hingga 100 tahun lamanya. Diperkirakan senjata kiamat itu bisa memicu tsunami setinggi 150 meter, jika ditembakkan ke pesisir.

3. Bikin Rusia Selangkah Lebih Unggul dari AS

Dokumen Pentagon tersebut juga memperingatkan bahwa Rusia telah mengembangkan seperangkat senjata beragam yang membuat mereka semakin unggul ketimbang AS.

"Rusia telah unggul secara signifikan dalam kapasitas produksi senjata nuklirnya, jika dibandingkan dengan AS dan sekutunya," lanjut dokumen Pentagon tersebut.

Selain itu, Negeri Beruang Merah itu kemungkinan juga membangun seperangkat sistem non-strategis yang besar, beragam, modern, dan dwifungsi, seperti dipersenjatai nuklir atau hulu ledak konvensional.

"Modernisasi senjata nuklir non-strategis Rusia meningkatkan jumlah senjata tersebut di gudang senjata, sementara secara signifikan meningkatkan kemampuan pengirimannya."

Tak hanya melakukan modernisasi kapabilitas untuk menyerang, Rusia dikabarkan turut meningkatkan kemampuannya dalam bidang pertahanan.

Menurut Pentagon, Rusia sedang memodesnisasi sistem antinuklir dan pencegat rudal balistik sebagai mekanisme pertahanan domestik.

Rusia percaya bahwa kemampuan senjata nuklirnya yang canggih akan memungkinkan mereka untuk mengurangi konflik demi kepentingan nasionalnya.

Namun, makalah dari Pentagon justru berpendapat kemampuan Rusia tersebut justru semakin meningkatkan potensi konflik global hingga ke titik tertingginya.

4. Picu AS Kembali Kembangkan Senjata Nuklir

Dokumen Pentagon itu juga memperdebatkan mengenai upaya peningkatan kapabilitas pertahanan dan nuklir Amerika Serikat.

"Prioritas utama Kementerian Pertahanan AS" adalah untuk menjamin tambahan 3 sampai 4 persen dari anggaran negara untuk mempertahankan persenjataan nuklirnya, yang menurutnya penting untuk mencegah serangan dari musuh.

Program itu juga sesuai dengan laporan tahun lalu yang menyebut bahwa Presiden AS Donald Trump menginginkan peningkatan hampir sepuluh kali lipat persenjataan nuklir negara tersebut.

Fox News melaporkan, pemerintah AS mengusulkan solusi dua langkah.

Pertama, AS akan memodifikasi sejumlah kecil rudal balistik jarak jauh yang dibawa oleh kapal selam strategis Trident agar sesuai dengan hulu ledak hulu yang lebih kecil.

Kedua, "dalam jangka panjang," AS akan kembali mengembangkan rudal jelajah nuklir yang diluncurkan via laut, yang telah dikembangkan sejak Perang Dingin namun dipensiunkan pada tahun 2011 oleh pemerintahan Presiden AS Barack Obama.

Sukai/Like Fan Page Facebook RIAUONLINE 

Follow Twitter @red_riauonline

Subscribe Channel Youtube Riau Online

Follow Instagram riauonline.co.id