RIAU ONLINE, PAKISTAN - Peristiwa penculikan, pemerkosaan dan pembunuhan terhadap Zainab Ansari (7) telah membuat publik di Pakistan geram. Warga Kota Kasur, Pakistan mengamuk dan menggelar aksi demonstrasi berdarah pada Rabu, 10 Januari 2018.
Dalam aksi tersebut, dua pengunjuk rasa tewas dan tiga lainnya terluka terkena timah panas aparat saat demonstrasi berlangsung di depan kantor polisi Kasur, kota yang terletak di sebelah timur laut Pakistan. Tiga personel kepolisian telah ditahan karena dianggap sengaja memicu kerusuhan dengan mengarahkan tembakan ke arah kerumunan massa.
"Tuntutan kami adalah agar pelaku kejahatan dapat tertangkap hidup-hidup. Untuk menebus kesalahan, polisi tidak seharusnya membunuh warga yang tidak bersalah lalu mengatakan bahwa mereka telah menegakkan keadilan," kata Hafiz Muhammad Adnan, paman korban seperti dikutip dari DW Indonesia, Jumat, 12 Januari 2018.
Sebenarnya, kemarahan warga kota Kasur, tak semata karena karena kasus yang menimpa Zainab saja. Selama dua tahun, 12 kasus penculikan dan pemerkosaan anak terjadi di kota Kasur. Aparat dianggap terkesan membiarkan rentetan kasus pemerkosaan anak di kota tersebut.
Padahal wajah pria yang membawa Zaenab terpampang jelas dalam rekaman CCTV. Namun sejak gadis kecil itu menghilang, pelaku belum juga tertangkap.
Anees Ansari, ayah korban menuding polisi bergerak lambat dalam menangani kasus yang menimpa putrinya. Ansari dan istrinya yang melakukan umroh ketika anaknya menghilang, menyebutkan Kepala Polisi Punjab, Shahbaz Sharif baru datang saat pemakaman putrinya.
Padahal polisi sudah mengantongi rekaman CCTV yang memperlihatkan seorang pria yang menggandeng Zainab saat ia hendak pergi mengaji di dekat rumahnya. Jenazah korban baru ditemukan Selasa, 9 Januari 2018 di tempat pembuangan sampah, sepekan setelah ia menghilang.
Tahun 2015, aparat pernah mengungkap jaringan perdagangan seks anak di kota Kasur yang disinyalir telah menculik dan melecehkan lebih dari 280 anak sejak tahun 2009. Namun hingga kini, diduga masih ada anggota jaringan itu yang bebas berkeliaran.
Bahkan, keluarga para korban mengaku mendapat ancaman yang menyebutkan pelaku menjual gambar serta video pelecehan terhadap anak-anak mereka. Fakta inilah yang mendorong warga kota Kasur turun ke jalan serta menutup toko-toko mereka.
Keadilan untuk Zainab
GERAKAN untuk menuntut keadilan bagi Zainab juga terjadi di kota utama di Pakistan seperti Karachi dan Lahor. Para aktivis yang melakukan rally mendesak agar aparat meringkus pelaku pemerkosaan dan pembunuhan terhadap gadis kecil berusia tujuh tahun tersebut.
Di sosial media, tuntutan yang sama juga terdengar kencang. Salah satunya datang dari peraih nobel perdamaian 2014 asal Pakistan, Malala Yousafzai yang menyatakan bahwa "hatinya hancur" mengingat tragedi Zainab. Seperti Malala, netizen lainnya juga menuntut tindakan tegas atas pembunuh Zainab.
Kasus ini juga mulai dibawa ke ranah politik menyusul munculnya desakan agar Shahbaz Syarif, kepala kepolisian Punjab dan Rana Sanaullah Khan, Menteri Hukum Provinsi Punjab mengundurkan diri karena dianggap gagal melindungi "anak perempuan" di provinsi tersebut.
Desakan ini datang dari ulama Pakistan, Qadri saat pemakaman Zainab. Qadri merupakan saingan politik partai berkuasa, Liga Muslim Pakistan. Sejak 2014, Qadri memimpin demonstrsi di ibukota, Islamabad setelah delapan pendukungnya terbunuh ketika demonstrasi anti-pemerintah terjadi di Lahore. (1)
Sukai/Like Fan Page Facebook RIAUONLINE
Follow Twitter @red_riauonline
Subscribe Channel Youtube Riau Online,
Follow Instagram riauonline.co.id