RIAU ONLINE - Harga emas menguat ke level tertinggi dalam empat bulan didorong dolar Amerika Serikat (AS) melemah pada pekan ini.
Harga emas untuk pengiriman Februari naik US$ 3,2 atau 0,2 persen ke posisi US$ 1.322,50 per ounce. Level itu tertinggi sejak 15 September.
"Harga emas catatkan penguatan besar sejak pemilihan presiden AS pada November 2016. Harga emas berjangka saja sudah naik 1,1 persen," ujar Direktur BullionValut, Adrian Ash, seperti dikutip dari laman LIPUTAN6.COM, Jumat 12 Januari 2018.
Ia menambahkan, saat tahun baru permintaan emas oleh investor juga mendukung harga. "Pada Januari biasanya melihat pelaku pasar rebalance dan kembali berpikir soal risiko. Kedua ini mendukung harga logam dan pelaku pasar yang tertarik mendukung kenaikan harga pada awal tahun baru," jelas dia.
Pergerakan indeks dolar AS juga mendukung penguatan harga emas. Indeks dolar AS turun 0,5 persen terhadap mata uang utama lainnya. Secara mingguan, dolar AS melemah 0,1 persen.
Lantaran harga komoditas sebagian besar ditransaksikan oleh dolar AS membuat pelemahan mata uang mendukung aset seperti emas. Pergerakan harga emas juga berlawanan dengan imbal hasil surat berharga.
Imbal hasil surat berharga turun seiring regulator China menyangkal laporan kalau pemerintah China akan memperlambat dan kurangi pembelian surat utang pemerintah AS.
Imbal hasil surat berharga bertenor 10 tahun turun 1,5 basis poin ke posisi 2,54 persen. Ash menambahkan, kenaikan harga emas ikuti saham menguat tidak biasa. "Akan tetapi, pergerakan harga emas berlawanan dengan harga obligasi itu jarang," kata Ash.
Sementara itu, pergerakan harga logam lainnya antara lain harga palladium turun 0,1 persen ke posisi US$ 1.076,25 per ounce. Harga platinum naik 1,2 persen ke posisi US$ 990,80 per ounce. Harga perak tergelincir 0,4 persen ke posisi US$ 16.966 per ounce.
Sebelumnya, harga emas bergerak ke level tertinggi didorong dolar Amerika Serikat (AS) melemah terhadap sejumlah mata uang lainnya.
Harga emas untuk pengiriman Februari naik US$ 5,6 atau 0,4 persen ke posisi US$ 1.319,30 per ounce usai sentuh level tertinggi sejak 15 September di US$ 1.328.
Dolar Amerika Serikat (AS) melemah terhadap mata uang lainnya mempengaruhi harga emas. Indeks dolar AS turun 0,3 persen terhadap mata uang lainnya. Indeks dolar AS turun lebih dari satu persen terhadap yen. Hal ini usai bank sentral Jepang akan memangkas pembelian obligasi.
Lantaran sebagian besar komoditas ditransaksikan dalam dolar AS, membuat pelemahan dolar AS mendukung pergerakan emas. Tekanan di bursa saham juga mendorong investor untuk kembali memegang logam mulia.
"Sebagian besar investor melihat pasar saham sudah overvalue sehingga merealisasikan keuntungan dan memindahkan ke aset lain sebagai strategi. Ini meningkatkan harga emas dan membatasi risiko penurunan," ujar Michael Kosares, Pendiri USAGold seperti dikutip dari laman Marketwatch, Kamis 11 Januari 2018.
Harga emas juga dapat menguat meski imbal hasil surat berharga AS bertenor 10 tahun naik 3,1 basis poin ke 2,59 persen. Imbal hasil surat berharga AS naik ini berlawanan dengan harga obligasi.(2)
Sukai/Like Fan Page Facebook RIAUONLINE
Follow Twitter @red_riauonline
Subscribe Channel Youtube Riau Online,
Follow Instagram riauonline.co.id