RIAU ONLINE - Ketegangan antara Bangladesh dan Myanmar muncul setelah beredar kabar bahwa aparat keamanan Myanmar menanam ranjau darat di dekat perbatasan kedua negara.
Meskipun Myanmar beralasan, ranjau darat tersebut untuk mencegah pengungsi Rohingya kembali masuk. Namun, ranjau tersebut bisa menimbulkan insiden mematikan bagi warga Bangladesh juga.
Dikutip dari BBC Indonesia, Kamis, 7 September 2017, Pemerintah Bangladesh memanggil duta besar Myanmar di Dhaka untuk memprotes tindakan aparat keamanan Myanmar menanam ranjau darat di perbatasan kedua negara.
Baca juga:
Hati-Hati! Beredar Foto "Hoax" Pembantaian Rohingya, Tifatul Sembiring Aja, Bisa Keliru!
Krisis Rohingya... Rumah-Rumah Dibakar, Banyak Anak Terpisah Dari Orangtuanya
Pemanggilan dilakukan di tengah ketegangan yang meningkat terkait dengan masuknya puluhan ribu warga minoritas Muslim Rohingya dari negara bagian Rakhine, Myanmar, ke Bangladesh.
Menteri Luar Negeri Bangladesh, Shahidul Haque. mengatakan pihaknya sudah memasukkan protes soal ranjau darat ke pemerintah Myanmar, namun ia tidak memberikan rincian lebih jauh.
Pejabat senior Bangladesh mengatakan diyakini pasukan keamanan Myanmar menanam ranjau darat untuk mencegah warga Rohingya kembali ke desa-desa mereka.
Sumber di pemerintah Bangladesh kepada kantor berita Reuters mengatakan militer Myanmar menanam ranjau-ranjau baru di sepanjang perbatasan, yang dipakai pengungsi Rohingya untuk menyelamatkan diri.
Namun sumber-sumber militer Myanmar mengatakan tidak ada ranjau baru yang ditempatkan di perbatasan Myanmar-Bangladesh.
Pada 1990-an, pernah ditanam ranjau di perbatasan Myanmar-Bangladesh untuk mencegah orang-orang melintasi perbatasan secara ilegal.
Wartawan BBC, Sanjoy Majumder, yang berada di sisi perbatasan Bangladesh, mengatakan ada tiga insiden yang disebabkan oleh ranjau darat pekan ini.
PBB mengatakan jumlah pengungsi Rohingya yang melewati perbatasan menuju Bangladesh meningkat tajam sejak 25 Agustus.
Para pejabat PBB mengatakan lebih dari 146.000 warga Rohingya meninggalkan Rakhine, dipicu oleh serangan milisi Rohingya terhadap sejumlah pos polisi di negara bagian tersebut.
Serangan ini dibalas dengan 'operasi pembersihan teroris' oleh militer Myanmar yang mendorong warga sipil Rohingya mengungsi untuk menghindari gelombang kekerasan.
Sukai/Like Fan Page Facebook RIAUONLINE dan Follow Twitter @red_riauonline