Ketika Teror Bom Nyaris Akhiri Karir Valentino Rossi

Rossi-juara-2002.jpg
(CNN INDONESIA/AFP PHOTO / KEITH MUIR)

RIAU ONLINE - Sebuah teror pada 2002 nyaris mengakhiri karir Valentino Rossi. Ketika itu, kelompok anarkis mengirim sebuah paket bom kepadanya Rossi menggunakan Ibaria Airlines.

Teror itu berawal dari tuduhan yang menyebutkan bahwa Rossi memiliki kontrak khusus bersama Repsol, sebuah perusahaan minyak raksasa terbesar di Spanyol, yang juga menjadi sponsor utama Honda MotoGP, seperti dilansir dari CNN Indonesia.

'The Five C', kelompok terkenal di Spanyol dan Italia yang digadang sebagai dalang di balik aksi teror terhadap Rossi, Iberian Airlines, dan Repsol. The Five C menuntut pembebasan terhadap beberapa anggota mereka yang ditahan atas kasus pembunuhan dan juga tahanan politik.

Baca Juga: Apa Jadinya Jika MotoGP Tanpa Valentino Rossi?

Tidak hanya kepada Rossi, The Five C juga mengirim paket bom ke kantor suratkabar Spanyol El Pais dan stasiun televisi Italia RAI. Namun, semua bom berhasil dijinakkan. Kelompok anarkis ini juga diyakini sebagai pihak di balik ancaman bom yang berhasil dijinakkan di Katedral Milan pada Desember 2000.

Rossi yang masih berusia 23 tahun, pada 2002 diminta untuk memutuskan kontraknnya dengan pihak Repsol Honda. Jika tidak, pebalap asal Italia itu bakal menerima konsekuensinya.

Tidak mudah untuk mengahadapi situasi tersebut oleh pebalap berjuluk The Doctor itu. Rossi sempat frustasi karena keterbatasan berinteraksi. Ia bahkan hampir memilih mengakhiri karirnya sebagai pebalap MotoGP. Padahal saat itu sudah memasuki tahun ketiga ia tampil di kelas primer Grand Prix.



Klik Juga: Rekor Catatan Kemenangan Valentino Rossi Di Mugello

"Saya takut karena tidak ada yang bisa saya lakukan. Kontrak saya secara eksklusif dengan tim (Honda) dan saya tidak dapat memilih para sponsor," kata Rossi.

2002, baginya merupakan satu-satunya tahun saat dia gagal menjalani liburan. Akibat teror tersebut, Rossi menjadi orang terakhir yang memastikan kehadiranna pada malam penghargaan bersama Federal Sepeda Motor Internasional (FIM).

Pasalnya, Rossi sebelumnya disarankan untuk tidak tampil di depan umum dan berhati-hati untuk tidak banyak berinteraksi dengan dunia luar.

Lihat Juga: Inilah Fakta Unik Sang The Doctor, Valentino Rossi

Rossi lebih memilih tinggal di rumahnya di Inggris selama teror itu berlangsung. Ketika di Italia, pebalap yang kini sudah mengoleksi tujuh gelar juara dunia MotoGP itu mendapat kawalan dari polisi militer Italia. Pihak keamanan, bahkan selalu memantau setiap surat elektronik yang dikirim kepada Rossi.

Namun akhirnya, pemerintah Italia dan Spanyol berhasil membatasi pergerakan kelompok The Five C itu. Sehingga pria yang dianggap sebagai pebalap terhebat dalam sejarah Grand Prix itu dapaat menjalani karirnya dengan tenang hingga kini.

Simak berita MotoGP lainnya dengan klik di sini.

Sukai/Like Fan Page Facebook RIAUONLINE dan Follow Twitter @red_riauonline