RIAU ONLINE - Transplantasi jantung atau hati sudah sering kita dengar. Tapi bagaimana dengan transplantasi penis? Baru-baru ini, seorang veteran prajurit AS yang terluka akibat ledakan bom, akan menjadi orang pertama di AS mendapatkan transplantasi penis.
Tim dokter di RS John Hopkins mengatakan, langkah ini akan membuka jalan bagi 60 prajurit lain untuk menjalani operasi sejenis. Para dokter berharap, organ yang didonasikan seseorang yang baru saja meninggal dunia bisa berfungsi maksimal termasuk untuk urusan buang air kecil dan seks.
Para dokter dan para penasihat yang bekerja dengan para tentara yang terluka ini mencatat bahwa kehilangan alat kelamin adalah sebuah pengalaman traumatis. Sebab, hal ini terkait dengan identitas dan sifat kelelakian khususnya bagi para pria yang bercita-cita ingin menjadi seorang ayah.
"Saat Anda bertemu mereka maka Anda dan melihat pengorbanan mereka, maka langkah ini sangat masuk akal," kata Dr Richard Plett, ahli bedah plastik di RS John Hopkins kepada Reuters.
Si prajurit yang akan menjalani transplantasi tak disebutkan identitasnya. Yang jelas dia kehilangan sebagian besar penisnya akibat ledakan bom saat bertugas di luar negeri. Media melaporkan prajurit ini terluka di Afganistan.
Operasi transplantasi ini kemungkinan akan digelar beberapa pekan mendatang. Para dokter kini mencari donor yang cocok dalam hal usia dan warna kulit.
BACA JUGA : Dua ABG Palestina Tikam Tentara Israel Berkewarganegaraan Amerika
Para dokter juga harus mendapatkan izin dari keluarga sang donor untuk memindahkan penis mendiang ke tubuh sang prajurit.
Thor Wold, yang bertugas sebagai tim medis di Irak dan kini menjadi penasihat para veteran perang, mengatakan para tentara yang terluka selalu bertanya apakah penis mereka terluka atau tidak.
"Mereka akan bertanya, Dok, apakah di bawah sana aman? Saya punya istri dan kami ingin punya bayi saat pulang," kenang Wold.
KLIK JUGA : Lanud Pekanbaru Ada Kekurangan, Menhan Janji Akan Lengkapi
Transplantasi penis biasanya tidak menyertakan testis, tempat sperma diproduksi. Jadi jika penerima transplantasi penis memiliki anak, maka bayi itu adalah anak kandungnya dan bukan anak sang donor.
Sejauh ini sudah dua operasi transplantasi digelar di dunia. Pada 2006, China melakukannya namun gagal. Operasi serupa digelar di Afrika Selatan pada 2014 dan menghasilkan kesuksesan.