RIAU ONLINE - Amerika Serikat (AS) dituding telah menciptakan "lautan darah" oleh Presiden Turki, Recep Tayyip Erdogan. Pernyataan itu menyusul sikap AS yang mendukung kelompok terbesar Kurdi Suriah.
Dukungan AS itu ditunjukkan dengan sikapnya tak menyatakan Partai Serikat Demokratik (PYD) sebagai kelompok teroris.
Justru AS mengandalkan PYD dalam menghadfapi kelompok Negara Islam atau ISIS. Sementara, pemerintah Turki menuding PYD merupakan cabang dari Partai Pekerja Kurdistan (PKK) yang terlarang.
Erdogan menyampaikan pernyataan di saat Turki terus menerus ditekan agar mengizinkan masuk 30.000 pengungsi Suriah yang terjebak di perbatasan. Para pengungsi itu lolos setelah pasukan pemerintah Suriah bersama milisi pro-Iran, yang didukung Rusia dengan serangan udaranya mengepung daerah kekuasaan pemberontak di kota Aleppo.
Sejak serangan yang dimulai 10 hari lalu itu, lebih 500 orang dinyatakan tewas. Menurut kelompok pengamat Syrian Observatory for Human Rights yang bermarkas di Inggris, di antara korban ada puluhan warga sipil.
Sementara itu, layanan kesehatan yang sudah bermasalah di kota Azaz semakin parah akibat perang. Hal tersebut diperingatkan oleh Dokter Lintas Batas (Medecins Sans Frontieres, MSF) yang ada di kota perbatasan itu.