RIAU ONLINE, BRAZIL - Wabah virus Zika di Amerika Latin bisa menjadi ancaman lebih besar terhadap kesehatan global dibanding wabah Ebola yang telah menewaskan lebih dari 11.000 orang di Afrika. Demikian menurut beberapa pakar kesehatan masyarakat yang berbicara dengan suratkabar “Guardian” dan “Examiner” menjelang rapat darurat Badan Kesehatan Sedunia WHO, Senin (1/2/2016) yang akan memutuskan apakah ancaman Zika harus dikategorikan sebagai krisis kesehatan global.
Otorita kesehatan masyarakat di Brazil melaporkan peningkatan kasus microcephaly, yaitu bayi lahir dengan ukuran kepala dan otak yang kecil atau abnormal. Insiden microcephaly kini 10 kali lebih tinggi dibanding biasanya.
Penyebab microcephaly masih diselidiki, tetapi tampaknya ada hubungannya dengan infeksi Zika pada ibu hamil. (Baca Juga: Kenali 5 Fakta Virus Zika yang Sedang Merebak)
Kepala “Wellcome Trust” Jeremy Ferrar mengatakan dalam banyak hal, wabah Zika lebih buruk dibanding wabah Ebola pada tahun 2014-2015. Sebagian besar pembawa virus ini tidak menunjukkan gejala apapun. Ini merupakan penularan diam-diam dalam kelompok individu yang sangat rentan – yaitu ibu hamil – yang dikaitkan dengan kemungkinan lahir cacat yang mengerikan’’.
Belum ada vaksin
Berbeda dengan Ebola yang beberapa vaksinnya sedang diujicobakan, hingga saat ini belum ada vaksin untuk virus Zika.
“Masalahnya adalah upaya mengembangkan vaksin itu juga harus diujicobakan pada ibu hamil, yang tentunya secara etika dan praktissangat sulit dilaksanakan,” ujar Mike Turner – kepala urusan infeksi dan kekebalan biologis di “Wellcome Trust”.
Badan Kesehatan Sedunia WHO, Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Menular CDC dan Organisasi Kesehatan Pan-Amerikca mengingatkan bahwa virus Zika menyebar sangat cepat di seluruh Amerika dan bisa menulari sampai empat juta orang.
Dr. Peter Hotez mengatakan kepada suratkabar “Examiner” bahwa wabah Zika di Brazil menunjukkan “ancaman yang jauh lebih besar bagi Amerika dibanding Ebola”. “Belum pernah ada wabah Zika dalam skala seluas ini,” ujar Hotez, meskipun ada prevalensi di Afrika, Asia dan di pulau-pulau di Lautan Pasifik.
Zika adalah virus yang menyebar dari manusia ke manusia melalui gigitan nyamuk. Dua spesies nyamuk yang diketahui sebagai pembawa virus Zika adalah nyamuk Demam Kuning dan nyamuk Macan Asia. Kedua spesies nyamuk itu ditemukan di hampir di seluruh benua Amerika. Nyamuk Demam Kuning juga bisa ditemukan di Pantai Teluk Meksiko, sementara nyamuk Macan Asia bisa ditemukan di bagian utara Amerika – hingga ke New York.
Dalam perkembangan lainnya otorita kesehatan di beberapa negara Asia telah menyarankan mereka yang melakukan perjalanan ke luar negeri – khususnya ibu hamil – untuk menghindari perjalanan ke Amerika Selatan dan Tengah.
Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Menular CDC telah mengingatkan para ibu hamil untuk tidak bepergian ke daerah-daerah dimana virus Zika sedang mewabah. CDC juga meminta orang yang datang atau kembali dari daerah-daerah itu dan menunjukkan gejala-gejala seperti demam dan ruam, untuk segera melapor ke pusat-pusat kesehatan. Dokter juga diharuskan segera melaporkan dugaan kasus Zika.
Institut Kesehatan Nasional Kolombia merekomendasikan pasangan-pasangan untuk menunda kehamilan antara enam hingga delapan bulan.
Di tengah wabah Zika, Presiden Amerika dan Brazil telah menyepakati perlunya upaya kerjasama untuk mengatasi penyebaran virus itu.
Gedung Putih mengatakan Barack Obama dan Dilma Roussef mengakui perlunya kerjasama untuk memperdalam pengetahuan,mendorong penelitian dan menyeleraskan upaya mengembangkan vaksin yang lebih baik dan teknologi lain guna mengendalikan virus tersebut.
Untuk sementara waktu, Brazil telah meminta bantuan perusahaan obat Inggris – Oxitec. Menurut suratkabar “New York Times”, Brazil baru-baru ini menyetujui penyebaran beragam kelompok nyamuk Aedes Aegypti yang gen-nya sudah dimodifikasi oleh Oxitec ke seluruh Brazil.
Gagasan di balik penyebaran nyamuk itu adalah supaya nyamuk jantan yang sudah dimodifikasi bisa kawin dengan nyamuk betina. Keturunan yang mewarisi gen yang sudah dimodifikasi itu akan mati, membuat populasi nyamuk menyusut dan semoga saja akan mengurangi ancaman penyakit Zika.
WHO mengatakan virus itu telah berkembang sangat cepat menjadi ancaman kesehatan masyarakat dalam “proporsi yang mengkhawatirkan”. Julius Lutwana – pakar viruspada Institut Penelitian Virus Uganda – mengatakan kepada VOA, awalnya Zika dinilai hanya menimbulkan resiko kecil pada manusia.
WHO mengatakan orang yang tertular virus Zika akan mengalami gejala demam, ruam-ruam pada kulit dan mata merah yang berlangsung antara 2 – 7 hari. Para pakar mengatakan pencegahan terbaik virus Zika adalah melindungi diri dari gigitan nyamuk.
Wabah di Brazil – yang pertama kali melaporkan kasus Zika tahun 2015 – dan beberapa negara di Amerika Tengah dan Selatan, telah memicu penyemprotan menggunakan insektisida secara besar-besaran untuk membasmi nyamuk.
Kantor regional WHO di Amerika megatakan cara paling efektif untuk menghentikan virus Zika agar tidak menyebar luas adalah mengurangi tempat-tempat nyamuk berkembang biak dan melindung diri dari gigitan nyamuk dengan obat penolak serangga, kelambu dan pakaian yang menutupi hampir seluruh tubuh.
Sukai/Like Fan Page Facebook RIAUONLINE dan Follow Twitter @red_riauonline
Sumber: VOAIndonesia