Dalam foto yang diambil dengan lensa telefoto, terlihat di pinggiran kota Suruc di perbatasan antara Turki dan Suriah, militan ISIS dengan bendera kelompok ini di sebuah puncak pegunungan di sisi timur Suruc.
(AP)
RIAU ONLINE - Umat Islam di Tajikistan, negara pecahan Uni Soviet, diliputi rasa takut dan kekhawatiran melihat agresivitas pemerintah dan polisi setempat.
Baru-baru ini, sekitar 13 ribu laki-laki di Tajikistan, dicukur jenggotnya atas perintah polisi setempat. Tak hanya itu, jilbab juga dilarang digunakan oleh pelajar perempuan untuk dipakai di sekolah-sekolah. (Baca Juga: Ini Isi Buku Panduan Digital ISIS)
Ini merupakan bagian dari kampanye nasional untuk menangkal penyebaran paham Islam yang radikal. Para pejabat pemerintah juga mengatakan upaya ini diambil guna mengatasi apa mereka sebut 'pengaruh asing'.
Selain itu, pemerintah juga mendorong para perempuan tidak mengenakan jilbab dan memperluas larangan jilbab, yang kini mencakup sekolah dan perguruan tinggi.
Seorang laki-laki yang dipaksa menipiskan jenggotnya mengatakan, seperti dilansir dari BBC, ia merasa dipermalukan dan kampanye tersebut tidak berguna serta bahkan akan mendorong orang menjadi radikal.
Diperkirakan sekitar 5.000 orang dari lima negara di Asia Tengah bergabung dengan kelompok yang menamakan diri Negara Islam atau ISIS di Suriah.
Presiden Tajikistan, Emomali Rahmon, melalui pidato kenegaraan mendesak masyarakat internasional meningkatkan kerja sama memerangi terorisme dan ekstremisme. (Klik Juga: Matahari Kemengan, Klaim Al-Qaidah, Akan Terbit di Nusantara)
Dalam pidatonya, Rahmon juga menyerukan hukuman yang lebih berat bagi mereka yang terlibat dalam kegiatan terorisme atau organisasi ekstrem. Ia menambahkan negaranya akan meningkatkan kerja sama dengan Rusia untuk memerangi 'ancaman-ancaman modern'.
Sukai/Like Fan Page Facebook RIAUONLINE dan Follow Twitter @red_riauonline