RIAU ONLINE, JAKARTA - Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB) meminta negara-negara Eropa untuk tak bereaksi serius terhadap tragedi pengeboman dan penembakan di Paris, Perancis pada Jumat (13/11/2015) yang diklaim oleh kelompok militan ISIS. Misalnya dengan menolak maupun menyalahkan pengungsi, yang sebagian besar melarikan diri dari perang dan cengkeraman ISIS di Timur Tengah (Timteng).
"Kami prihatin dengan reaksi beberapa negara untuk menghentikan program yang sedang berjalan, mundur dari komitmen untuk mengatasi krisis pengungsi, atau hendak menambah tembok perbatasan," ujar Melissa Fleming, kepala juru bicara badan pengungsi PBB, UNHCR, pada Selasa (17/11).
"Kami amat terganggu dengan kata-kata kebencian terhadap pengungsi. Ini berbahaya karena bisa berujung xenofobia dan ketakutan," katanya. (BACA JUGA: Kisah Penolong Wanita Hamil Lolos dari Pembantaian)
Fleming menambahkan, UNHCR tak kalah khawatir atas sangkaan bahwa salah satu pelaku serangan berdarah Paris mungkin masuk ke Eropa melalui gelombang besar imigran.
Baginya, respons terbaik terhadap tragedi Paris adalah segera meningkatan proses masuk pengungsi di Yunani dan Italia, serta melaksanakan rencana Uni Eropa untuk merelokasi 160 ribu pengungsi.
"Kami yakin jika ini dilakukan sejak awal, kita tidak akan melihat citra pengungsi seperti seburuk ini. Ini semua memang tidak serta merta menyelesaikan persoalan, tetapi akan jauh lebih baik untuk mengatasinya." (KLIK JUGA: Anda Selalu Rugi Beli Produk? Ayo Laporkan ke Sini)
Saat ditanya tentang apakah UNHCR telah memperingatkan risiko buruknya manajemen arus imigran sehingga militan dapat ikut melenggang ke Eropa, Fleming berujar UNHCR telah memperingatkan dari sisi pentingnya penyaringan yang tepat.
Sementara itu, juru bicara badan HAM PBB, Rupert Colville berpendapat, korban terbesar ISIS adalah umat Muslim di Suriah dan Irak.
"Jika serangan ini berujung diskriminasi dan buruk sangka terhadap Muslim, kita terjerumus dalam permainan ISIS. Apakah kita mau dipermainkan oleh mereka?," katanya, dilansir dari Reuters.
"Membenci mereka yang sudah terpinggirkan sudah tentu cara yang bodoh," ujar Colville melanjutkan.
Menurut Joel Millman, juru bicara Organisasi Internasional untuk Migrasi (OIM), dari sekitar 1,1 juta orang yang tiba di Eropa dalam beberapa tahun belakangan, hanya segelintirnya yang kemungkinan terkait dengan ekstremisme.
Statistik OIM menunjukkan sebanyak 832.193 imigran dan pengungsi telah bermukim di Uni Eropa tahun ini. Sedikitnya 3.505 pengungsi meninggal dalam perjalanan.
Sukai/Like Fan Page Facebook RIAUONLINE dan Follow Twitter @red_riauonline