SELEBRASI kemenangan pebalap Spanyol, Jorge Lorenzo bersama dua rekan senegaranya, Marquez dan Pedrosa, Minggu (8/11/2015), di Sirkuit Ricardo Tormo, Valencia, Spanyol.
(SINDONEWS.COM)
RIAU ONLINE - Seri MotoGP musim 2015 usai berakhir Minggu (8/11/2015) lalu. Namun, bara api persaingan tidak sehat menyeruak sesaat rampungnya Seri Valencia, Spanyol. Pelabap Movistar Yamaha asal Italia, Valentino Rossi, menuduh tiga pebalap Spanyol telah melakukan konspirasi menjegal The Doctor.
Ketiga pebalap Spanyol tersebut Jorge Lorenzo, Marc Marquez, dan Dani Pedrosa. Rossi memulai balapan dari posisi ke-26, mampu finish di belakang ketiga pebalap senegara itu sehingga membuatnya kehilangan gelar Juara Dunia 2015. Pasalnya, Lorenzo sukses merebut podium pertama dan membuat perolehan poinnya jadi unggul lima angka dari rekan satu timnya tersebut.
Rossi pun menuding adanya konspirasi dan persekutuan dilakukan Lorenzo, Marquez, dan Pedrosa, usai melihat penampilan ketiganya di Sirkuit Ricardo Tormo. (Baca Juga: Marquez Ingin Berdamai dengan Rossi)
Rossi menyayangkan Marquez dan Pedrosa enggan menyalip Lorenzo, meski punya peluang melakukannya. Ini jugalah sempat diucapkan pengamat MotoGP yang juga pensiunan pembalap, Neil Hodgson.
"Marquez adalah pebalap paling agresif pernah saya lihat. Dan aksinya paling agresif sepanjang balapan tadi adalah menghalangi rekan satu timnya menyalip. Marquez seperti mengamankan Lorenzo dan saya tak percaya telah mengatakannya," ucapnya dilansir Motorsport.
Namun, Marquez membantah telah berbuat seperti dituding itu. Tim Honda juga setali tiga uang dengan menyebut pembalapnya tak mungkin main mata. Wakil Presiden HRC Shuhei Nakamoto menyebut tuduhan Rossi tak berdasar alias tak ada bukti.
Setelah pihak dituduh Rossi membantahnya, muncul video memerlihatkan pebalap Italia menyindir bos promotor MotoGP Dorna Sport, Carmelo Ezpeleta, setelah balapan di Valencia. (Klik Juga: Dituduh Konspirasi, Ini Pembelaan Marquez)
Dalam video, Rossi seolah menyalahkan Ezpeleta yang tak percaya tudingannya soal konspirasi Spanyol meski sudah menjelaskannya sebelum balapan berlangsung, Kamis pekan lalu.
Melansir Bike Sport News, Dorna jadi pihak justru disalahkan setelah terlibat konspirasi dengan Honda. Alasannya cukup mengejutkan, menggagalkan Rossi jadi juara dunia justru memberi keuntungan berlimpah.
Benarkah demikian? Alangkah baiknya sedikit melihat rekam jejak kontroversi Dorna di musim-musim sebelumnya.
Kritikan Stoner Soal Aturan CRT Dorna
Sebelum diberlakukannya sistem Open Class MotoGP oleh Dorna, ada kategori Claiming Rule Team (CRT). Aturan motor 'murah' itulah sempat dikritik Casey Stoner selama berada di kelas utama.
Saat itu, Stoner menyayangkan ketika pembalap sekelas Randy de Puniet jadi tertinggal jauh akibat mengikuti regulasi tersebut. Di akhir musim, aturan CRT banyak dinilai jadi alasan kuat Stoner memutuskan pensiun. (Lihat Juga: Lorenzo Disebut Pantas Juara. Ini Buktinya)
Penghapusan Rookie Rules
Rookie Rules atau aturan mengharuskan rookie tak bisa langsung masuk ke tim pabrikan dihapus Dorna pada musim 2013. Penghapusan aturan tersebut tak lepas dari pemintaan Wakil Presiden HRC, Shuhei Nakamoto, sedang kesulitan mencari pebalap baru.
Marc Marquez yang bersinar di Moto2, dikutip dari sindonews.com, jadi bidikan Honda untuk mengisi posisi Stoner. Namun Rookie Rules membuat Marquez jelas tak bisa langsung masuk tim pabrikan.
Setidaknya ia mesti masuk ke tim satelit seperti Gresini dan LCR dulu, sebelum masuk tim Repsol. Honda pun meminta Dorna menimbang ulang Rookie Rules.
Gayung bersambut baik, Ezpeleta segera meninjau ulang Rookie Rules dan tak berselang lama akhirnya Marquez bisa berada satu tim dengan Pedrosa. Hal itu pun yang jadi kritikan sebab keputusan Dorna dianggap memuluskan Honda merekrut The Baby Alien.
Simak berita MotoGp lainnya dengan klik di sini.
Sukai/Like Fan Page Facebook RIAUONLINE dan Follow Twitter @red_riauonline