PERDANA Menteri Israel Benjamin Netanyahu berbicara di depan Kongres AS di Capitol Hill, Washington, 3 Maret 2015.
(AP)
RIAU ONLINE, ISRAEL - Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, ketakutan dan khawatir usai Amerika Serikat menandatangani kesepakatan perjanjian nuklit dengan Iran bulan Juli 2015 lalu.
Ia kini sedang menuju Washington untuk bertemu Presiden AS, Barack Obama, Senin (9/11/2015) waktu setempat, di Gedung Putih. Ini merupakan pertemuan pertama sejak negara adidaya dunia itu dan Iran menyetujui perjanjian nuklir ditentang keras Israel.
Bahkan sebelum kesepakatan tersebut ditandantangani Juli lalu, Netanyahu menekankan, kesepakatan itu merupakan "kesepakatan buruk" dalam pidato di depan Kongres AS yang belum pernah terjadi sebelumnya. (Baca Juga: Paus Berang Dokumen Rahasia Vatikan Bocor)
“Rekanku, selama lebih dari satu tahun, kita selalu diingatkan tidak ada kesepakatan lebih baik daripada ada kesepakatan, tapi kesepakatan yang buruk. (Kesepakatan dengan Iran ini) adalah kesepakatan yang buruk. Lebih baik kita tidak mempunyai kesepakatan apapun," ujarnya pada pidato disampaikan 3 Maret lalu.
Netanyahu berbicara atas undangan Ketua DPR kala itu, John Boehner, sementara pemerintahan Obama berusaha menyelesaikan kesepakatan antara negara-negara P5+1 dan Iran.
Obama membela kesepakatan nuklir
Obama tidak bertemu dengan Netanyahu saat kunjungannya ke AS tersebut, dengan alasan pemilu belum tuntas di Israel. Tapi kurang sebulan setelah kesepakatan Irand tercapai, ia menyampaikan bantahan terhadap kekhawatiran Netanyahu dalam pidato 5 Agustus di American University. (Klik Juga: (Video) Gadis Cilik Ini Berorasi Luapkan Kesedihan Akibat Kekejaman Zionis)
“Iran dipersenjatai nuklir lebih berbahaya bagi Israel, bagi Amerika dan bagi dunia daripada Iran menerima keringanan sanksi," kata Obama. “Saya mengetahui Perdana Menteri Netanyahu tidak setuju, sangat tidak setuju. Saya tidak meragukannya. Tapi saya yakin ia keliru,” jelasnya.
Hari Minggu (8/11/2015) di Yerusalem, Netanyahu mengatakan pertemuannya dengan Obama akan fokus pada “penguatan keamanan” Israel setelah kesepakatan nuklir dicapai.
Netanyahu mengatakan pada kabinetnya, AS sejak dulu berkomitmen menjaga posisi Israel di tengah-tengah perubahan peta kekuasaan di Timur Tengah. (Lihat Juga: Teroris Yahudi Ini Bakar Bayi Hidup-hidup)
Kesepakatan nuklir itu menimbulkan ketegangan dalam hubungan Israel dan AS, dengan pernyataan Netanyahu bahwa kesepakatan itu tidak akan menghalangi Iran membuat senjata nuklir yang bisa mengancam keberadaan negara Yahudi.
Kompensasi
Dengan dasar adanya ancaman itu, Netanyahu menginginkan kompensasi dari Amerika. Netanyahu mengatakan, Israel mencari tambahan bantuan militer AS yang besar dalam beberapa dekade mendatang.
Paket bantuan tahunan AS untuk Israel saat ini berjumlah 3 miliar Dolar AS, dan pihak berwenang mengatakan, Netanyahu berharap mendapatkan jumlah tersebut meningkat antara 4 hingga 5 miliar Dolar AS setiap tahunnya.
Kedua pemimpin tersebut akan berdiskusi tentang kekerasan antara warga Israel dan Palestina yang telah berlangsung selama enam minggu dan dikhawatirkan akan menjadi konflik yang besar. (Baca: Eks Bintang Porno Ini Pilih Yahudi Agamanya)
Walaupun kesepakatan damai antara Israel dan Palestina tidak tercapai selama dua periode masa kepemimpinannya, dia dan Netanyahu akan mendiskusikan cara-cara untuk meredakan ketegangan di lapangan.
Sukai/Like Fan Page Facebook RIAUONLINE dan Follow Twitter @red_riauonline