RIAU ONLINE - Dua kondisi berbeda tersaji saat ini pada Seri MotoGP 2015 dibandingkan 10 tahun lalu dengan aktornya pebalap asal Italia, Valentino Rossi. Jika 10 tahun lalu ia menjadi pemimpin bagi rekan-rekan senegaranya, maka tahun ini ia dikeroyok oleh pebalap negeri Matador.
Posisi Rossi benar-benar di ujung tanduk dalam perburuannya meraih juara dunia ke-10 kalinya. Meski masih memuncaki klasemen, unggul 7 poin bukanlah angka besar dan ia mendapat ancaman serius dari pebalap Spanyol. (Baca Juga: Gara-gara Rossi-Marquez, Tiket Seri Valencia Laku Keras)
Tanda-tanda Rossi dikeroyok sudah terlihat beberapa seri lalu, saat Marquez angkat bendera putih dan memilih memuluskan ambisa rekan senagaranya Jorge Lorenzo.
The Doctor mengklaim, ada 'konspirasi jahat' yang ia alami saat dirinya mendapat hukuman penalti dengan sanksi 3 poin. Dampaknya, Rossi harus start di Sirkuti Valencia, Spanyol, dari grid paling belakang. Marquez masih menyimpan dendam atas dirinya menyusul duel sengit melibatkan keduanya di Argentina dan Belanda.
Asumsi lain juga muncul terkait sentimen kenegaraan. Sesama Spanyol, Marquez (dan Dani Pedrosa) dianggap akan memilih rekan senegaranya jadi juara dunia dibandingkan pebalap asal Italia. (Klik Juga: Inilah Video Tendatangan Rossi Bikin Jatuh Marquez)
Sayangnya, dalam kondisi tersebut Rossi tak dapat banyak 'bantuan' dari kompatriotnya. Bukan berarti tidak ada pebalap Italia di grid MotoGP musim ini, tapi rider-rider dari negara tersebut sejauh ini tak punya daya saing di papan atas.
Duo Andrea, Dovizioso dan Iannone, hanya bisa merengkuh papan tengah klasemen pebalap, sedangkan Danilo Petrucci statistiknya lebih buruk lagi.
Puncak kejayaan pebalap Spanyol terjadi enam tahun belakangan ini. Usai habis rivalitas Rossi dengan Casey Stoner, Lorenzo jadi penguasa balap motor kelas paling bergengsi tersebut. (Lihat Juga: Lorenzo Gerah Disebut Main Mata oleh Media Italia)
Dominasi Spanyol berlanjut setelah si 'Baby Alien', Marc Marquez, datang dan menjadi juara dunia beruntun 2013 dan 2014. Alhasil dalam lima tahun terakhir pebalap-pebalap Spanyol tampil dominan dengan empat kali menjadi juara dunia MotoGP. Hanya Casey Stoner mampu menyalip dominasi Spanyol pada 2011 lalu.
Dominasi Spanyol bukan cuma di MotoGP semata. Pada level lebih rendah, Moto2 dan Moto3, kondisi serupa juga terjadi. Pada kelas Moto2 ada empat pebalap Spanyol berhasil jadi juara dunia dalam lima tahun terakhir. Hal sama terjadi di Moto3.
Sejak awal musim 2012, seperti dilansir dari detik.com, hingga balapan Sepang, Malaysia, pekan lalu, tercatat ada 71 balapan digelar pada kelas MotoGP.
Dari jumlah tersebut pebalap-pebalap Spanyol mengumpulkan 59 kemenangan (83 persen. Sebaliknya, tujuh kemenangan didapat pebalap Italia (Rossi) dan lima sisanya diraih rider Australia (Stoner). (Baca: Pengajuan Banding Rossi Ditolak FIM)
Pertanyaannya, kenapa Spanyol bisa mendominasi seri Grand Prix? Faktor penyebabnya adalah budaya (Culture). Pada berbagai kota di Spanyol, masih banyak ditemukan pengguna motor.
Selain itu, anak-anak muda di Spanyol bisa dapat izin mengendarai motor pada usia 15 tahun, sementara SIM untuk mobil baru didapat umur 18 tahun.
Kondisi lainnya, tentu saja budaya balap. Spanyol punya ajang balap berjenjang mengantar banyak anak mudanya meniti karier di Moto3, Moto2 lalu MotoGP.
Anak-anak dari seluruh Eropa dan penjuru dunia datang ke Spanyol untuk menuntut ilmu membalap. Kualitas kompetisi balap regional Spanyol sangat tinggi. Inilah membuat Spanyol punya belasan pebalap untuk dimasukkan ke seri Grand Prix tiap tahun.
Spanyol juga punya banyak sirkuit dengan kualitas sangat baik. Setiap tahun ajang MotoGP empat kali mampir Spanyol. Jerez, Catalunya, Aragon dan Valencia bergantian jadi tuan rumah. (Klik: Foto Marquez Saat Masih Bocah Bersama Rossi Beredar)
Dominasi Spanyol yang terjadi kini menggusur hegemoni Italia. Padahal sejak pertama kali kelas MotoGP diperkenalkan pada 2002-2005, pebalap-pebalap Italia seperti tak punya lawan di atas lintasan.
Dari 2002 hingga akhir musim 2005, pebalap-pebalap Italia memenangi 45 balapan. Sementara Spanyol cuma kebagian lima kemenangan, sedangkan Jepang dan Brasil mendapat jatah tiga kemenangan.
Italia ketika itu mendominasi dengan nama-nama seperti Rossi, Max Biaggi, Loris Capirossi, Marco Melandri. Musim 2005 menjadi tahunnya rider Italia.
Di tahun tersebut Rossi bergantian menjadi juara dengan Loris Capirossi dan Marco Melandri. Sepanjang tahun ini, cuma dua gelar lepas dari genggaman pebalap negeri Piza, MotoGP Amerika Serikat dimenangi Nicky Hayden dan Portugal memunculkan Alex Barros sebagai kampiun. Pada klasemen akhir 2005, dari enam pebalap di posisi teratas empat di antaranya adalah Italiano.
Sejak 500cc dan MotoGP diperkenalkan sebagai kelas paling elit, Italia memang masih meraja dengan total 20 gelar juara dunia dipunya. Sementara Spanyol cuma baru punya lima gelar juara dunia (Àlex Criville, Lorenzo (2), Marquez (2)).
Namun dengan Spanyol terus memunculkan pebalap-pebalap muda berbakat, dominasi mereka di ajang balap ini diprediksi masih akan sangat panjang. Apalagi Rossi, yang saat ini jadi satu-satunya penantang non-Spanyol di papan atas, sudah mendekati usia pensiun.
Sukai/Like Fan Page Facebook RIAUONLINE dan Follow Twitter @red_riauonline