IMAM Samudera memeluk anaknya dalam pertemuan terakhir dengan keluarganya di penjara Batu, Nusakambangan, 29 Oktober 2007.
(REUTERS/Beawiharta)
RIAU ONLINE - Anak laki-laki pelaku bom Bali, Imam Samudera, Umar Jundulhaq (19), ditemuukan tewas pada sebuah pertempuran di Kota Deir ez-Zur, Suriah, Rabu (14/10/2015) silam.
Informasi ini disampaikan Direktur Institute for Policy Analysis of Conflict (IPAC), Sidney Jones, seperti dilansir dari VOA. Umar, kata Sidney, satu dari 50 Warga Negara Indonesia (WNI) yang tewas dalam pertempuan di Suriah sejak Maret lalu, baik dengan pasukan Kurdi maupun Presiden Suriah Bashar Al Assad. (Baca Juga: Inilah Derita Anak-anak. Saat Asap Quinsha Mimisan)
"Dia tewas dalam tempur di sekitar bandara Deir ez-Zur di Suriah. Saya bisa memastikan dia (Umar) yang tewas, saya sudah lihat foto mayatnya," kata Sidney.
Tim Ahli Badan Nasional Penanggulangan Terorisme Wawan Purwanto membenarkan Umar Jundulhaq, anak pelaku bom bunuh diri di Bali, Imam Samudera tewas di Suriah.
"Rata-rata dimakamkan di sana, tidak dibawa ke sini karena kepergiannya sendiri dianggap menyalahi dari perundang-undangan, kewarganegaraan dalam negeri juga jadi tidak dipulangkan. Sampai saat ini tidak ada mereka yang meninggal di Suriah dibawa pulang ke Indonesia itu tidak ada. Semua dimakamkan di sana," jelasnya. (Klik Juga: Saudagar Ekspedisi Ini Boyong Istri dan Anak Gabung ISIS)
Selain itu, kata Sidney Jones, ada juga tewas akibat pemboman udara dilakukan pasukan koalisi tetapi jumlahnya tidak banyak. Ada pula lima orang meninggal dunia karena menjadi pembom bunuh diri.
Saat ini, lanjut Sidney, masih ada sekitar 300-an WNI pergi ke Suriah bergabung dengan ISIS. Dari jumlah tersebut, 40 persen di antaranya perempuan dan anak-anak. Mereka ikut dengan suami mereka.
Mereka yang pergi ke Suriah untuk bergabung dengan ISIS mayoritas mempunyai hubungan atau memiliki afiliasi dengan organisasi radikal di Indonesia.
Namun ada juga WNI yang sebelumnya tidak memiliki afiliasi apapun dengan kelompok radikal ketika mereka direkrut. Mereka biasanya, kata Sidney, direkrut melalui hubungan langsung, pengajian dan tidak melalui internet. (Lihat Juga: Ustaz Jenggot Miliki Tiga Istri)
Sidney mengakui, sebenarnya jaringan-jaringan teroris di Indonesia telah lemah. Meski demikian, semua pihak tetap harus waspada karena apabila ada yang pulang dari Suriah, mereka memiliki kredibilitas dan keterampilan tinggi seperti mahir menggunakan senjata serta berperang.
Kombatan ISIS Pulang ke Tanah Air
Berdasarkan informasi dimilikinya, sudah ada 7 WNI bergabung dengan ISIS dan kembali ke tanah air. Sidney menyarankan agar aparat penegak hukum ataupun pemerintah melakukan pendekatan yang baik terhadap mereka.
Sidney berharap program deradikalisasi dilakukan pemerintah lebih ditingkatkan lagi seperti program untuk narapidana kasus teroris. Program ini, tuturnya, bisa diperkuat lagi agar penjara tidak dijadikan oleh teroris sebagai tempat yang subur untuk melakukan perekrutan. (Baca: Riau Gerbang Pejuang ISIS ke Indonesia dan Malaysia)
"Pasti ada satu atau dua yang mau melakukan jihad di Indonesia, tetapi paling sedikit kalau didekati aparat keamanan di sini, mereka bisa membedakan antara orang kecewa dan mungkin ingin kerjasama dengan pemerintah mencegah orang lain berangkat dan orang-orang yang betul masih mempunyai niat yang kurang baik. Kalau orang terakhir seperti itu saya kira harus dipantau saja," jelasnya.
BNPT menyatakan dari 1030 orang yang ditangkap dan ditahan karena kasus terorisme, masih ada 25 orang yang dinilai radikal, antara lain AbuBakar Baasyir.
Sukai/Like Fan Page Facebook RIAUONLINE dan Follow Twitter @red_riauonline