SEORANG pegawai mengenakan masker akibat hari yang penuh kabut asap di Singapura, Kamis (10/9/2015). Asap kebakaran hutan dan lahan yang terjadi di Provinsi Riau, Jambi, Sumatera Selatan di Pulau Sumatera.
(VOAINDONESIA.COM/AP)
RIAU ONLINE, SINGAPURA - Asap pembakaran hutan dan lahan di Provinsi Riau, Jambi, dan Sumatera Selatan yang berada di Pulau Sumatera, telah tiba serta menyelimuti negara jiran, Singapura. (Baca Juga: Selamat Jalan Hanum, Gadis Kecil Korban Ganasnya Asap Riau)
Asap tersebut menrupakan polusi udara di Singapura yang mencapai tingkat tertinggi selama setahun terakhir, Kamis (10/9). Tak ayal, asap kebakaran hutan dari Sumatera itu membuat kesal turis dan menggelisahkan pemerintah beberapa jam sebelum Pemilu. (Klik Juga: Mukhlis: Anak Saya Gagal Pernapasan)
Pollutant Standards Index (Indeks Standar Polutan), pengukuran polusi udara Singapura, mencatat, tingkat polusi sudah mencapai 160, Kamis siang, dan itu di atas indeks resmi "tidak sehat" yaitu 100. (Baca: Biaya Plesiran DPRD Riau 4 Kali Lipat Dana Asap)
Masih menurut Badan Lingkungan Nasional. Indeks di atas 200 dianggap "sangat tidak sehat" khususnya untuk anak-anak, orang tua dan mereka yang mengidap penyakit jantung dan paru-paru. Pada 2013, indeks tersebut mencapai rekor tertinggi, 401, jauh di atas indeks "berbahaya" yaitu 300. (Lihat: Asap Serahkan Kanker Paru-paru dan Kebodohan)
"Cukup mengecewakan. Kami tidak mengharapkan ini sama sekali," kata Ken Ridden, seperti dikutip dari voaindonesia.com, baru saja tiba dari Queensland, Australia, untuk perjalanan selama lima hari bersama istrinya, anak perempuan dan laki-lakinya. (Klik: Danrem: Asap Bikin Bodoh Generasi Muda Riau)
"Kita melihat foto-foto yang bagus di brosur, tapi di mana-mana ada kabut bercampur asap," katanya, sambil menunjuk ke langit kota tersebut yang hampir tidak kelihatan. (Baca Juga: Surat Terbuka buat Menteri Anies Baswedan)
Sepanjang pekan ini, tingkat polusi udara terus meningkat, mengganggu kampanye pemilihan parlemen hari ini, Jumat (11/9/2015). Namun, warga Singapura tidak punya pilihan lain selain memilih. Semua warga Singapura berusia 21 dan seterusnya diwajibkan memilih. (Lihat: Jokowi: Cabut Izin Perusahaan dan Pidanakan)
"Mereka membakar hutan, dan asapnya sampai ke sini. Apa yang bisa kita lakukan tentang hal ini?" kata Perdana Menteri Lee Hsien Loong, saat berkampanye, Selasa (7/9/2015) lalu. (Klik: SBY Minta Pemerintahan Jokowi Berhenti Beretorika)
Ia mengatakan, negara yang kaya itu telah bekerja sama dengan Indonesia untuk memperbaiki masalah ini, tapi PM Lee mengatakan, Indonesia sendiri yang harus menyelesaikan masalah ini. "Pemerintah Indonesia kooperatif, namun berbeda dengan sikap di kalangan masyarakat," ujar Lee. (Baca: Pemerintah Riau Jangan Jadi Anak Durhaka)
Pada Januari, Indonesia meratifikasi kesepakatan regional yang telah lama dinanti-nanti tentang polusi kabut asap yang mengikat 10 anggota ASEAN. (Klik Juga: Soal Asap Riau Pemerintah Jangan Jadi Anak Durhaka)
Kesepakatan tersebut menuntut Indonesia untuk mengambil langkah-langkah penyelesaian masalah tersebut melalui upayanya sendiri dan kerjasama internasional. Bila tidak, Indonesia harus bertanggungjawab atas dampak kabut asap itu di negara-negara tetangga. (Lihat: Biaya Plesiran DPRD Riau 4 Kali Lipat Dana Asap)
"Sedikit menjijikkan," kata siswa Taiwan Chang Chun Wei, yang merasa kabut asap ini mengganggu kunjunganya ke tempat-tempat turis. "Terakhir kali saya ke sini, udaranya sangat bersih, tapi kali ini tidak," tambahnya.