Saham Twitter Terkerek Gara-gara Berita Hoax

Logo-Twitter.jpg
(INTERNET)

RIAUONLINE, NEW YORK - Beredarnya berita palsu mengenai Twitter akan menerima tawaran untuk dibeli seharga 31 miliar Dolar AS (Rp 423 triliun), membuat lonjakan drastis saham mereka di lantai bursa, Selasa (14/7/2015).

 

Berita tersebut, mengutip sumber-sumber tidak bernama, diterbitkan di sebuah website tampilannya dibuat mirip dengan situs berita Bloomberg.

 

Situs tersebut mulai terdaftar hari Jumat, menurut sebuah direktori, namun identitas orang maupun perusahaan yang mendaftarkan situs tersebut tidak dapat dirilis kepada publik. 

 

(Baca Juga: Facebook Jadikan Buku Karya Muslim Ini Jadi Bacaan Wajib

 

Juru bicara Bloomberg, Ty Trippet mengatakan, berita tersebut tidak benar dan tampil di sebuah website palsu yang tidak ada hubungannya dengan Bloomberg.

 

Twitter yang berbasis di San Francisco, tidak berkomentar. Saham Twitter naik 8,5 persen pagi jelang siang sebelum kembali turun setelah berita dikukuhkan sebagai kabar palsu. Pada perdagangan siang hari, saham naik 3,2 persen menjadi 36,92 Dolar AS (Rp 491 ribu) per lembar saham.



 

(Baca Juga: Twitter Bakal Tak Lagi 140 Karakter

 

Di bulan Mei, sebuah tawaran palsu bagi sebuah perusahaan lain, Avon Products, menjadikan saham-sahamnya naik hingga 20 persen. Tawaran ini melibatkan dokumen diajukan kepada Komisi Sekuritas dan Pertukaran (SEC).

 

Bulan lalu, SEC menuntut seorang pria warga Bulgaria Nedko Nedev, yang menurutnya bekerja sama dengan lima orang lainnya melanggar hukum sekuritas dengan membuat tawaran palsu.

 

SEC mengatakan Nedev membuat tawaran palsu selain bagi Avon, juga untuk Tower Group International dan Rocky Mountain Chocolate Factory.

 

Robert Heim, seorang mantan pengacara SEC, mengatakan pemalsuan seperti ini akan tetap terjadi karena berita menyebar cepat via media sosial dan para pelaku perdagangan harus bereaksi dengan cepat.

 

"Daripada menelepon investor dan menawarkan saham, sekarang orang dapat membuat website dalam sehari dua hari, dan menerbitkan berita palsu supaya dapat mengambil keuntungan dari perdagangan sebelum berita itu terungkap kepalsuannya."

 

Sukai/Like Fan Page Facebook RIAUONLINE dan Follow Twitter @red_riauonline 

 

Sumber: voaindonesia.com