Oleh Ilham Muhammad Yasir,
Redaktur Eksekutif Riau Online
RIAU ONLINE, PEKANBARU - Membaca angka partisipasi Pilkada 2024 di Riau, angkanya sekilas seperti naik. Padahal, angkanya turun cukup signifikan, mencapai 8 (delapan) digit. Jadi, bukan membandingkan data angka partisipasi pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur Riau 2018 dengan 2024.
Atau Pilkada 2018 dengan 2013. Seperti disampaikan Ketua Bawaslu Riau, Alnofrizal. Ia menyebutkan naik 1 (satu) digit. Naik dari angka 59 persen menjadi 60 persen. Angka kenaikannya semu. Begitu juga target tinggi yang dipatok Ketua KPU Riau, Rusidi Rusdan. Targetnya naik 80 persen di Pilkada 2024.
Kurang realistis. Lebih realistisnya memang harus membaca tren data partisipasi dari Pilkada ke Pilkada. Harus dicatat. Pilkada 2024 ini, adalah Pilkada serentak melibatkan seluruh 12 kabupaten/kota di Riau.
Tren datanya dilihat secara keseluruhan dari data partisipasi Pilkada serentak sejak tahun 2015, 2017, 2018, 2020 dan 2024. Jika membandingkan data Pilkada 2024 dengan 2018. Itu sama saja membuat perbandingan ketika Pilkada masih berserakan. Baik itu pilkada antara 2005 – 2008, atau 2008 – 2013. Kata kuncinya, keserentakan.
Mari kita lihat datanya. Pilkada serentak 2015, ketika itu ada 9 (sembilan) kabupaten/kota. Tingkat partisipasi se- Riau, sebesar 64 persen. Di Pilkada serentak 2017, diikuti Pekanbaru dan Kampar.
Total angka partisipasi se- Riau, 59 persen. Turun 5 (lima) digit. Kemudian Pilkada serentak 2018, hanya diikuti Provinsi Riau dan Inhil. Angka partisipasi se- Riau, 58 persen. Turun 1 (satu) digit. Wajar, karena pembandingnya tak setara. Sementara itu di Pilkada serentak 2020, yang kembali diikuti 9 (sembilan) kabupaten/kota.
Angka partisipasinya se- Riau, naik 69 persen. Baik dibandingkan dengan perolehan Pilkada 2015 dengan 2020, naik 5 (lima) digit. Maupun ketika dengan sebelumnya, Pilkada 2018 dengan 2020. Angkanya, naik 11 digit.
Kenaikan ini linier dengan partisipasi Pilkada di tingkat nasional. Pilkada 2015 sebesar 69,35 persen, 2017 sebesar 74,89 persen, 2018 sebesar 74,92 persen, dan 2020 sebesar 76,09 persen. Tren datanya terus naik perlahan. Kita tinggal menunggu partisipasi nasional di 2024 ini. Apakah kembali naik, atau trennya juga turun.
Jadi, kembali ke Riau. Agar setara pembandingnya, data tingkat partisipasi Pilkada serentak 2024 dibandingkan dengan data Pilkada serentak 2020. Dari yang sebelumnya diikuti 9 kabupaten/kota di Riau dibandingkan dengan yang diikuti seluruh 12 kabupaten/kota. Bukan, dengan Pilkada 2018. Itu sama saja dengan membandingkan, Pilkada 2018 dengan Pilkada 2013, yang angkanya hanya 54 persen.
Idealnya, menurut penulis kenaikan angka partisipasi Pilkada serentak 2020 harusnya signifikan. Ekspektasinya, berharap di atas angka 70 persen. Jika Pilkada 2020 di tengah pandemi Covid-19 saja, angkanya 69 persen. Tertinggi di Riau, selama Pilkada serentak digelar.
Di Pilkada serentak 2024, ternyata angkanya hanya 61 persen. Angka partisipasinya, juga berbeda-beda jauh. Ada yang rendah sekali seperti di Pekanbaru, di bawah angka 50 persen. Yaitu hanya 46 persen. Ini benar-benar di luar prediksi. Ini pengalaman pahit di Pilkada 2015 di Kota Medan. Terulang kembali di Kota Pekanbaru. Angkanya sama persis, 46 persen.
Sebagai angka partisipasi terendah se- Indonesia, ketika itu. Untuk Kota Pekanbaru, kita belum tahu apakah partisipasi yang terendah di 2024 ini. Karena saat ini data-data partisipasi se- Indonesia belum dapat diakses semua. Untuk lebih lengkapnya, lihat tabel data partisipasi Pilkada di Riau 2013 – 2024 di bawah ini:
Data Persentase Partisipasi Pilkada 2013 – 2024 di Riau
No. |
|
20133 |
20155 |
201720 |
2018 |
2020 |
2024 |
1. |
NASIONAL |
? |
69,35% |
74,89% |
74,92% |
76,09% |
? |
2. |
RIAU |
54% |
- |
- |
58,02% |
- |
61,04% |
3. |
PEKANBARU |
- |
- |
50% |
- |
- |
46,02% |
4. |
KAMPAR |
- |
- |
68,9% |
- |
- |
61,46% |
5. |
ROKAN HULU |
- |
72,45% |
- |
- |
71,75% |
69,23% |
6. |
ROKAN HILIR |
- |
60,87% |
- |
- |
69,78% |
65,97% |
7. |
DUMAI |
- |
68,13% |
- |
- |
63,01% |
59,52% |
8. |
BENGKALIS |
- |
60,60% |
- |
- |
71,74% |
60,23% |
9. |
MERANTI |
- |
65,4% |
- |
- |
70,32% |
60,82% |
10. |
SIAK |
- |
59,14% |
- |
- |
66,86% |
61,31% |
11. |
PELALAWAN |
- |
69,46% |
- |
- |
76,82% |
56,98% |
12. |
INDRAGIRI HULU |
- |
58,42% |
- |
- |
65,59% |
58,07% |
13. |
INDRAGIRI HILIR |
48,32% |
|
- |
57,20% |
- |
55,98% |
14. |
KUANSING |
- |
72,73% |
- |
- |
69,95% |
77,12% |
|
TOTAL |
54% |
64% |
59% |
58,02% |
69,54% |
61,21% |
Untuk lebih dalam perbandingannya. Coba kita lihat 9 kabupaten/kota di tabel di atas yang melaksanakan Pilkada serentak di 2015, 2020 dan 2024. Untuk Pilkada 2015 ke 2020, rata-rata mengalami kenaikan signifikan. Enam kabupaten/kota angkanya naik, yaitu Rokan Hilir (60,8% - 69,7%), Bengkalis (60,6% - 71,7%), Meranti (65,4% - 70,3%), Siak (59,14% - 60,59%), Pelalawan (69,46% - 76,82%), dan Indragiri Hulu (58,42% - 65,59%).
Sedangkan yang turun di 3 kabupaten/kota, namun turunnya rendah. Kuantan Singingi (72,73% - 69,95%), Dumai (68,13% - 63,01%0, dan Rokan Hulu (72,45% - 71,75%). Selanjutnya, kita lihat perbandingan data 9 kabupaten/kota Pilkada 2020 ke 2024.
Hanya Kuantan Singingi (69,95% - 77,12%) yang angkanya naik. Selebihnya, 7 kabupaten/kota turun drastis.
Rokan Hulu (71,75% - 69,23%), Rokan Hilir (69,78% - 65,97%), Dumai (63,01% - 59,52%), Bengkalis (71,74% - 60,23%), Meranti (70,32% - 60,82%), Siak (66,86% - 61,31%), Pelalawan (76,82% - 56,98%), dan Indragiri Hulu (65,59% - 58,07%).
Begitu pula yang melaksanakan Pilkada 2017 ke 2024, yaitu Pekanbaru (50% - 46,02%), Kampar (68,9% - 61,46%). Pilkada 2018 ke 2024, Indragiri Hilir (60,30% - 55,98%), dan Provinsi Riau (58,02% - 61,04%) yang mengalami kenaikan.
Kemudian, yang menjadi fokus perhatian, 3 kabupaten/kota di Riau menjadi semacam penyangga. Ketiga kabupaten itu adalah Kuansing, Rohil dan Rohul. Angkanya kontras dengan kabupaten/kota yang lain.
Ketika yang lainnya rata-rata di bawah 60 persen. Ketiga kabupaten/kota ini selalu di atas 65 persen. Partisipasinya selalu tinggi, dan dalam keadaan seperti saat ini perannya jadi penyangga. Menahan partisipasi rata-rata di Riau tidak terlalu turun lebih signifikan lagi. Demikian.
*Penulis sedang menempuh pendidikan program doktoral ilmu hukum (S3) Universitas Islam Riau (UIR).