RIAU ONLINE - Gubernur Kepulauan Riau, Nurdin Basirun, Rabu malam, 10 Juli 2019, terjaring Operasi Tangkap Tangan (OTT) Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) di rumah dinas Gubernur Kepri di Tanjungpinang.
Perjalanan karir politik Nurdin Basirun cukup panjang. Tokoh baru merayakan ulang tahun ke-62 itu menjadi gubernur menggantikan mentornya yang menjabat Gubernur, H Muhammad Sani, meninggal dunia.
Sebelum menggantikan HM Sani, ia merupakan wakil gubernur. HM Sani meninggal dunia tak lama setelah terpilih dan dilantik pada tahun 2015 silam.
Nurdin sempat memimpin Provinsi Kepulauan Riau seorang diri selama sekitar dua tahun. Setelah itu, ia mendapat pendamping Isdianto, disokong PDI Perjuangan dan beberapa partai lainnya.
Isdianto sendiri merupakan adik kandung HM Sani. Karir Nurdin di politik cukup lama dan panjang. Ia pernah dua kali menjadi Wakil Bupati Karimun mendampingi HM Sani, kemudian dua periode menjabat Bupati Karimun.
Setelah itu, Nurdin mencoba peruntungan menjadi pendamping HM Sani sebagai Wakil Gubernur di periode kedua birokrat senior tersebut. Baru tiga bulan bersama, HM Sani wafat. Nurdin naik kursi gubernur. Nurdin digadang-gadangkan menjadi calon kuat Gubernur Kepri diantara beberapa calon lainnya.
Ada beberapa calon lainnya yang mencuat diantaranya Soerya Respationo, Ansar Ahmad, Rudi, Brigjen Yan Fitri, Asman Abnur, Apri Sujadi, Aunur Rafiq, Huzrin Hood, Ismeth Abdullah, serta beberapa tokoh lainnya.
Belakangan kontestasi pemilihan Gubernur Kepulauan Riau semakin menghangat. Peta politik pemilihan gubernur mulai terlihat. Ketua DPW NasDem Kepulauan Riau itu dikabarkan akan berpasangan dengan Soerya Respationo dari PDI Perjuangan.
Sedangkan Isdianto, kini menjadi Wakil Gubernur Kepulauan Riau juga digadang-gadangkan akan maju di Pilgub Kepri. Isdianto melalui perjalanan yang alot akhirnya bisa menjadi wakil gubernur.
Istri Warga Singapura dan Sambal Belacan
Nurdin memiliki seorang istri sah, Noor Lizah Mohamed Taib, orang Singapura. Dari wanita itu ia memiliki tiga anak. Gubernur flamboyan itu di masa mudanya bekerja sebagai awak kapal di masa mudanya, mengangkut ikan dan barang-barang lainnya di antara kedua negara dan melakukan berbagai pekerjaan aneh seperti memasak dan membersihkan sampah di Sungai Kallang.
Orang China memanggilnya dengan sebutan "Ah Seow", atau “gila” dalam bahasa Mandarin, karena suka bercanda dan bermain perangkap.
Sekarang, pada usia 60, dia telah menjadi orang nomor satu di provinsi yang dikenal dengan Kepri, dengan tantangan membawa kemakmuran di wilayah yang luas dari hampir 2.500 pulau, dari Batam dan Bintan sampai ke Natuna yang jauh.
"Saya tidak pernah bermimpi untuk menjadi gubernur, Tuhan telah memberiku restu ini, saya bersyukur dan saya hanya ingin melakukan yang terbaik untuk rakyat saya," katanya di rumahnya di kota Tanjung Balai Karimun, beberapa waktu lalu lalu, kepada media.
Nurdin tumbuh dari keluarga miskin. Ia tinggal di gubuk kayu dengan orangtuanya dan 14 saudara kandung di Pulau Karimun. Bagi mereka uang adalah hal langka.
"Saya menjual kue Melayu, membawa air dari sumur ke rumah untuk membantu keuangan keluarga. Saya hemat dan bisa membeli rumah dan mobil sendiri," katanya.
Istrinya, Noor Lizah mengatakan, suaminya menghindari hal-hal remeh. "Dia membelikan saya baju dari Singapura, tapi saya mengatakan kepadanya itu seperti kelambu," katanya.
Wanita berusia 57 tahun itu mengatakan, suaminya akan menghabiskan waktu luangnya di masjid atau kedai kopi untuk bergaul dengan warga.
Hal itu sempat membuatnya kesal, karena Nurdin selalu pulang terlambat, setelah salat subuh. “Suatu hari, dia menyuruh saya masuk ke mobil dan kemudian mengantarkan saya untuk melihat semua 'pacar' nya," kenangnya.
"'Itu pacar saya, dan itu juga,’” katanya. Ternyata mereka adalah orang-orang tunawisma telah ia bantu sebelumnya."
Memang, kisah cinta Nurdin bisa jadi bahan opera sabun, yang mereka namakan "Cinta Sambal Belacan", atau Sambal Belacan Love.
Noorlizah juga membeberkan kewarganegaraan ayahnya untuk meyakinkan publik. Ayah Noorlizah asal Moro, Kabupaten Karimun. “Jadi kalau bicarakan soal warga negara, tak kenal maka tak sayang. Bapak saya asal Moro,” ujarnya.
Istri Kerabat Kerajaan Melayu Meral
Cerita awalnya ketika Nenek Noor Lizah, yang memiliki hubungan kerajaan di Meral, sebuah daerah terpencil di Karimun yang saat itu merupakan pusat kekuasaan. Kakeknya ketika itu melarikan diri ke Singapura untuk berlindung.
Pada akhir 1970-an, orangtuanya kembali ke Karimun untuk mencari keluarga mereka. Mereka tidak hanya menemukan kerabat mereka, tapi sambal belacan yang luar biasa, sambal pedas dan pasta udang pedas.
Nurdin, merupakan kerabat jauh. Nurdin pun pada saat itu dengan senang menjadi pengantar mereka. Selain itu, kapan pun dia berlayar ke Singapura, dia akan mengantarkan sambal cabe ke mereka.
Diam-diam ternyata Nurdin menyimpan perasaan terhadap Noor, terlebih setelah berkunjung ke rumahnya.
"Kami berjalan-jalan dan di bawah pohon kamboja, dia bilang dia menyukaiku," kata Madam Noor Lizah yang cekikikan.
Mereka adalah pasangan yang aneh, Nurdin anak laki-laki kampung, sedangkan Noor kala itu baru berusia 18 tahun, dan baru saja keluar dari Stamford College, seorang gadis modern berpikiran kuat mengenakan rok mini, hotpants dan sepatu platform chunky.
"Saat itu jam 11 malam, dia berkata, 'Kamu tahu di mana kita berada? Kita berada di sebuah pemakaman.' Saya takut, jadi saya pegang tangannya. Kami saling berpegangan tangan," katanya.
Nurdin mengaku terlalu malu pada awalnya untuk mengakui perasaannya, mengatakan: "Saya sibuk bekerja dan tidak tahu bagaimana cara merayu perempuan tapi saya pikir jika dia berani datang ke desa, itu berarti dia orang yang terbuka."
Perubahan keduanya mereka lakukan, setelah mereka menikah pada tahun 1982. Dengan dorongan istrinya, Nurdin melanjutkan studinya, dan sekarang memegang gelar master dalam bidang komunikasi dan doktor dalam administrasi negara.
Noor Lizah tinggal di Singapura untuk membesarkan anak-anak mereka , Nora, 33, Muhammad Nurhidayat, 27, dan Harith Fachri, 8.
Tapi akhirnya dia pindah ke Karimun setelah suaminya menjadi bupati lebih dari satu dekade lalu. Noor pun masih sering melakukan perjalanan mingguan ke Singapura untuk mengunjungi anak-anaknya di flat Sengkang mereka dan berkumpul di Bussorah Street untuk "bersantai".
Dia sekarang memimpin Yayasan Kanker Provinsi Kepri dan tim penanggulangan bencana, di antara beberapa pos lainnya, yang menyeberangi pulau-pulau untuk menghadiri pertemuan dan acara.
Namun, dia menolak menerima jabatan memimpin Gerakan Kesejahteraan Keluarga Provinsi Kepriatau PKK - yang biasanya diberikan kepada istri gubernur - karena dia sadar masih berstatus warga negara Singapura.
Dia berkata, "Saya bangga menjadi orang Singapura. Saya ingin melakukan lebih banyak hal untuk orang-orang di sini (Kepulauan Riau) untuk aktivitas kemanusiaan, tidak masalah dari negara mana Anda berasal atau paspor mana yang Anda pegang."
OTT KPK
Selain Gubernur Kepulauan Riau (Kepri) Nurdin Basirun, Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) menangkap sejumlah orang. Diantaranya beberapa pejabat.
Mereka yang ditangkap diantaranya Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan Kepri Edy Sofyan, seorang kepala bidang, PNS, dan seorang pengusaha.
Selain itu, KPK juga menyita barang bukti Rp 60 juta dari tangan tersangka. "Ada enam orang yang kita amankan," ujar Juru Bicara KPK Febri Diansyah, Rabu (10/7/2019).