RIAUONLINE - Tragedi Kanjuruhan jadi peristiwa terbesar kedua di dunia sepak bola. Setidaknya, 130 jiwa melayang dalam kerusuhan yang terjadi usai pertandingan Arema FC vs Persebaya Surabaya pada Sabtu, 1 Oktober 2022.
Tragedi ini jadi yang terbesar setelah peristiwa kerusuhan di Peru pada 24 Mei 1964. Kala itu, Estadion Nacional menggelar babak kualifikasi kedua Olimpiade Tokyo antara Peru vs Argentina.
Tragedi mulai terjadi setelah wasit menganulir gol dari Timnas Peru. Seorang suporter menerobos masuk ke lapangan dan memukul sang wasit.
Pria itu lantas diamankan dan dihajar secara brutal oleh polisi yang berada di lokasi. Akibatnya, kerumunan suporter pun tak terelakkan.
Sebanyak 328 orang tewas dalam kerusuhan itu. Ratusan orang sesak napas dan/atau pendarahan internal. Disebutkan kemungkinan jumlah korban tewas dalam peristiwa itu lebih banyak, seperti dilansir dari Suara.com, Senin, 3 Oktober 2022.
Di urutan ketiga, tragedi di Afrika yang terjadi pada 9 Mei 2001 di Stadion Accra Sports, Kinbu Road, Accra, Ghana.
Ketika itu berlangsung pertandingan derby antara tuan rumah Hearts of Oak dengan sesama klub Accra, Asante Kotoko. Mendekati akhir pertandingan, tim tamu unggul 1-0. Sementara tuan rumah mencetak dua gol untuk berbalik unggul pada laga tersebut.
Menjelang pertandingan usai, tepatnya di lima menit terakhir, para pendukung Asante Kotoko yang merasa frustasi mulai menjebol kursi dari tribun dan melemparkannya ke lapangan. Polisi lantas menembakkan gas air mata ke arah kerumunan yang menyebabkan kepanikan.
Gerbang stadion yang terkunci kian memperparah kondisi saat itu. Penonton tak bisa keluar hingga kekurangan oksigen dan menewaskan 126 orang korban.
Kemudian di Inggris dalam tragedi Hillsborough pada 15 April 1989 di Hillsborough. Para penonton sepak bola tewas karena saling berjejalan. Peristiwa tersebut mengakibatkan 96 orang meninggal dunia yang semuanya adalah pendukung Liverpool F.C.).