Cerita Atlet Belia Riau Saat Pandemi: Bosan Tiada Kompetisi, Rindu Masakan Rendang

calvin.jpg
(istimewa)

RIAU ONLINE, PEKANBARU - Sejak pandemi Covid-19 melanda Indonesia, hampir setahun Calvin Kennedy Chendrawinata dan Rauf Pranedya Krisda tidak bisa pulang ke Kota Pekanbaru. Rindu sanak keluarga pun harus mereka tahan agar bisa tetap menimba ilmu di Perkumpulan Bulutangkis (PB), Jati, Kudus, Jawa Tengah.

Meskipun begitu, sejak dini, dua atlet belia ini sudah punya semangat pantang menyerah. Mereka jauh dari orangtua dan hidup di tanah rantau demi mengejar cita-cita menjadi pemain bulutangkis kelas dunia.

Dari catatan penulis, sejak tahun 2017, Calvin mulai menetap di Kudus, Jawa Tengah (Jateng) setelah berhasil meraih beasiswa bulutangkis melalui Audisi Umum Djarum Beasiswa Bulutangkis. Dua tahun berselang yaitu 2019, Rauf menjadi teman satu asrama Calvin usai mendapatkan beasiswa serupa melalui program sayap sosial tersebut.

Namun, dihentikannya kompetisi olahraga karena wabah Covid-19, berpengaruh besar bagi para atlet PB Djarum. Calvin, Rauf, serta kawan-kawannya diwajibkan melakukan karantina. Mereka hanya tinggal seatap satu asrama, berlatih tanpa bertanding, setelah pemerintah mengeluarkan kebijakan pembatasan sosial berskala besar.

Saat bercerita dengan riauonline.co.id, Ahad 20 Desember 2020 melalui telefon selular, Calvin mengaku rindu dengan suasana kota kelahirannya, Pekanbaru. Pebulutangkis berumur 12 tahun ini mengaku sangat rindu kedua orangtuanya, masakan rumah, serta suasana di Kota Bertuah.

"Iya, kangen di sana. Disana cuacanya beda, lebih panas. Malah saya lebih suka yang panas," ujarnya sembari tertawa ringan.

Setelah bercerita singkat mengenai terik matahari dan hawa panas Kota Pekanbaru yang dirindukannya, Juara Tunggal Usia Dini Putra USM Flypower Open 2018 ini mengaku pengen masakan rendang.



"Di rumah, mama biasanya selalu ada rendang. Apalagi jauh beda rasa masakan di Pekanbaru dibanding dengan di Kudus," ungkap Calvin.

"Masakan Padang, wah jauh lebih enak di Pekanbaru," ujar Rauf menimpali pernyataan Calvin, seraya tertawa lepas.

Bagi Rauf, orangtua serta nasi goreng buatan sang ibunda adalah dua hal yang sulit dilupakan kala berada jauh di seberang pulau. Pebulutangkis berusia 11 tahun ini juga mengaku kangen bermain bulutangkis di GOR Angkasa, Pekanbaru.

"Memang, GOR di sini beda. Tapi GOR Angkasa itu tempat aku latihan sejak kecil," ungkapnya

Di masa pandemi, PB Djarum, klub tempat Calvin dan Rauf bernaung menyiasati kekosongan kejuaraan maupun turnamen dengan menggelar Liga PB Djarum 2020. Kejuaraan internal ini telah dua kali diselenggarakan di GOR Djarum, Jati, Kudus, Jateng.

Pada pekan kedua Desember 2020, keduanya mengikuti kejuaraan ini dan bermain rangkap di nomor tunggal putra serta ganda putra. Selain melibatkan para atlet PB Djarum, kejuaraan ini juga diikuti sejumlah pebulutangkis Pelatnas Pratama PBSI.

Calvin berhasil mencapai posisi runner-up di nomor Ganda Putra U-13 bersama pasangannya Nazwan Abdillah asal Samarinda, Kalimantan Timur.

"Aku targetnya dua nomor tunggal masuk (final), tapi malah masuk di ganda putra. Aku perlu banyak belajar lagi. Jangan emosi, sabar saat bermain, dan konsisten. Persiapan latihan juga harus maksimal sebelum turnamen," papar Calvin, saat mengingat kompetisi yang diikutinya pekan lalu.

Di laga final, melawan Muhammad Rizki Mubarrok/Radithya Bayu Wardhana. Calvin/Badan kalah tipis dengan skor 22-20 21-17.

Sementara Rauf masih perlu menambah jam terbangnya, mengingat dirinya baru genap setahun bersama klub bulutangkis penghasil atlet-atlet ternama tersebut. Langkahnya terhenti di babak perempat final di nomor Tunggal Putra U-11 & U-13, setelah dikandaskan Livio Cicero Benedicto Paat, 21-10 21-13.

Pada babak yang sama, Rauf bersama pasangannya Moch Fahri Wildani Putra Sudrajat di nomor Ganda Putra U13 dikalahkan Calvin/Nazwan Abdillah 21-17 21-16.

Rauf mengaku kecewa atas hasil laga tersebut, tetapi ia percaya bahwa kekalahan merupakan bagian dari perjalanan kariernya di gelanggang bulutangkis. Diakuinya pula, segi fisik dan teknik mesti dibenahinya pasca-kejuaraan. Selain itu, pesan sang ayah selalu diingat atlet kelahiran 06 Maret 2009 ini, setiap kali hendak memasuki lapangan: "Jangan sia-siakan kesempatan."