(RIYAN NOFITRA)
Senin, 24 Juni 2019 12:47 WIB
Editor: Fakhrur Rodzi
(RIYAN NOFITRA)
RIAU ONLINE, PEKANBARU - Aksi tak terpuji di dunia olahraga mengawali Liga 2 Indonesia musim 2019 kala PSPS Riau menjamu tim Ayam Kinantan PSMS Medan, akhir pekan lalu di Stadion Kaharuddin Nasution.
Tindakan tak terpuji tersebut berupa pelemparan kembang api (Flare) hingga ke gawang PSMS Medan saat PSPS Riau kalah 1-3. Puncaknya, wasit memimpin pertandingan asal DKI Jakarta, Suma, menghentikan laga sementara waktu di menit 75.
Tak hanya membakar saja, ultras suporter PSPS Riau, Curva Nord, juga melempar apa bisa dilempar saat aparat Kepolisian mencoba menenangkan emosi pendukung. Bukannya malah tenang, malah suporter semakin bertambah emosi berakibat seorang Sabhara Polresta Pekanbaru luka.
Selain itu, pendukung dari sisi kiri tribun VIP ini juga mengejar mobil dinas pemadam kebakaran kala kendaraan tersebut hendak mematikan api mulai membakar kertas tisu digunakan untuk atraksi mendukung tim kebanggaan.
Lantas, apa penyebab suporter fanatik PSPS Riau selama ini loyal mendukung klub kebanggaan mereka, justru bersikap gelap mata tersebut?Old Ultras Curva Nord, Dolly San David, kepada RIAUONLINE.CO.ID mengakui, mereka kecolongan dengan aksi segelintir anggotanya itu. Namun, ia memastikan pertandingan berjalan dengan baik meski sempat dihentikan.
"Kita akui kecolongan dengan aksi itu. Namun saya bisa jelaskan situasi tersebut tidak seseram seperti dibayangkan. Contohnya pertandingan berjalan hingga akhir dan kita sambut Smeck Hooligan (pendukung PSMS Medan) dengan sangat baik dan tertib," kata Dolly, Senin, 24 Juni 2019.
Pentolan Curva Nord ini menjelaskan, secara kualitas PSMS Medan lebih layak menang dibandingkan klub kesayangan mereka yang didukung hingga peluit wasit bertiup di babak II. Mereka mengakui perbedaan kelas itu.
Namun, aksi berpotensi berhadiah sanksi dari Komisi Disiplin PSSI tersebut, tuturnya, buntut kekecewaan panjang terhadap pengelolaan PSPS Riau. Selain itu, pendukung juga sangat kecewa dengan dukungan Pemerintah Provinsi Riau menyelesaikan permasalahan finansial klub berkandang di Stadion Kaharuddin Nasution Rumbai itu.
Baca Juga
Dolly sebagai senior Curva Nord mengatakan, pendukung tidak berharap gelontoran uang dari pemerintah. Namun, Gubernur Riau dan Pemprov dapat menjadi malaikat penyelamat dengan mendorong perusahaan-perusahaan selama ini menggali kulit dan perut Bumi Riau mendukung PSPS.
Sebenarnya, kata Dolly, Gubernur Syamsuar serta Wakil Gubernur Edy Natar Nasution telah menjembatani PSPS Riau dengan enam perusahaan swasta raksasa di Riau. Itu dilakukan sekitar dua bulan lalu, tepat sebelum Ramadan.
"Saat itu, pesan Pak Gubernur jelas agar perusahaan membantu PSPS Riau," ujar Dolly, kala pertemuan hadir.
Namun, pesan hanya sekadar pesan dan janji juga tak terpenuhi. Baik pemerintah dan perusahaan hingga kick off pertandingan dimulai tak kunjung ada hasil, Sabtu, 22 Juni 2019 silam.
Tak hanya itu, di jersey PSPS Riau bagian depan maupun belakang, kosong-melompong dengan sponsor sama sekali. Tak hanya itu, belasan gaji PSPS Riau musim lalu, masih nunggak dengan nilai hingga mencapai Rp 500 juta.
"Persoalan selanjutnya informasi rencana penjualan PSPS Riau ke Klub Bontang FC, klub berlaga satu kasta lebih rendah, Liga 3 Indonesia," jelas Dolly.
Bahkan, ia sempat mengkonfirmasi Manajemen PSPS Riau mengenai jawaban, hasilnya mengindikasikan tidak membantah. Meski belakangan, rencana penjualan klub itu gagal, karena tidak direstui PT LIB, selaku operator Liga Indonesia serta rencana kick off Liga 2 semakin dekat.
"Kondisi ini semakin membuat teman-teman terpukul," tuturnya.
Masalah diataslah kemudian membakar emosi para pendukung setia PSPS Riau, Curva Nord. Mereka sangat kecewa dengan sikap Pemprov Riau seolah setengah hati membantu sengkarut keuangan di tubuh PSPS Riau.
Selain itu, persoalan utama berupa ketidakpercayaan investor maupun perusahaan kepada manajemen PSPS Riau akibat ketidaktransparanan dana selama ini digunakan, mengemuka.
Saat ini, Dolly mengatakan, mayoritas pemain PSPS Riau belum bergaji meski kontrak mereka telah diperpanjang. Padahal musim ini baru berjalan, sementara masalah besar akan terus menjadi batu sandungan jika tak segera dipecahkan.
"Kepada seluruh pihak, terutama manajemen dapat introspeksi guna perbaikan pengelolaan PSPS Riau lebih baik dan profesional. Termasuk kemungkinan melibatkan perwakilan perusahaan bersedia menjadi sponsor masuk dalam manajemen sebagai jawaban adanya gelombang distrust dengan manajemen yang berlangsung," pungkasnya.