RIAU ONLINE, PEKANBARU - Para pemain Persis Solo mengejar hakim garis atau asisten wasit II, Alforkhi Martha hingga 50 meter. Aksi mengejar ini dilakukan pemain tamu, karena tak terima keputusan wasit memberikan tendangan bebas hanya berjarak satu meter dari kotak 16 meter.
Asisten wasit II, Alforkhi Martha, mengangkat bendera karena menganggap kiper Persis Solo telah melewati garis kotak 16 meter. Pertandingan sempat terhenti sekitar 3 menit di menit=menit akhir babak kedua dalam laga perdana Babak 16 Besar Grup A Liga 2 Indonesia, Rabu, 20 September 2017, di Stadion Kaharuddin Nasution, Rumbai, Pekanbaru.
Pantauan RIAUONLINE.CO.ID, pada menit 80 saat hujan deras turun menggenangi Stadion Kaharuddin Nasution, para pemain dinilai penonton berlebihan melakukan aksi protes.
Nyaris seluruh pemain Persis Solo yang berada di lapangan pada babak kedua melakukan protes berlebihan mengejar asisten wasit II mulai dari pertahanan mereka hingga sudut kanan hingga ke kotak tendangan pojok lapangan tim tuan rumah, PSPS Riau.
"Pandangan kami terhadap hakim garis yang di kanan itu tak baik. Tidak offside malah dibikin offside. Puncaknya saat kiper ke depan (kiper Persis Solo) belum lewat garis 16, tapi hakim garis malah menjadikan offside," kata Pelatih Kepala Persis Solo, Widyantoro, saat konferensi pers usai pertandingan.
Baca Juga:
Target Persis Solo Curi Poin Di Kandang PSPS Riau Akhirnya Tercapai, 1-1
Goooollll... Tendangan Voli Ichsan Pratama Bikin Suporter Semakin Bersemangat
Wasit memimpin jalannya pertandingan sore itu Eno Sembiring dari Medan didampingi dua asistennya, M Sunandar dari Aceh Singkil, Alforki Martha dari Padang dan wasit cadangan Rihul Munandar juga dari kota sama.
ASISTEN Pelatih PSPS Riau, Marwal Iskandar (kiri) dan Pelatih Kepala Persis Solo, Widyantoro (merah), saat menghadiri konferensi pers usai laga perdana Babak 16 Besar Grup A, Rabu, 20 September 2017, di Stadion Kaharuddin Nasution, Rumbai, Pekanbaru.
Widyantoro membela diri. Meskipun protes tersebut mereka lakukan ditengah-tengah hujan deras dan lapangan tergenang, anak asuhnya tak ada menyentuh badan sang hakim garis. Apalagi sampai mencedrai.
Kritikan pedas lainnya ia layangkannya terkait genangan di tengah lapangan Stadion Kaharuddin Nasution, Rumbai. Akibat derasnya hujan, lapangan tergenang. Rumput dan garis tak tampak hingga peluit akhir dibunyikan.
"Kami sayangkan itu seharusnya saat lapangan tergenang wasit menghentikan pertandingan. Tapi tetap saja terus bermain. Ini sama-sama kita kritisi untuk sepak bola Indonesia yang baik lagi," sarannya.
Sementara itu pada kesempatan sama, Asisten Pelatih Kepala PSPS Riau, Marwal Iskandar, juga mengatakan hal serupa. Air hujan menggenangi stadion memang sudah seharusnya pertandingan dihentikan oleh wasit. Pasalnya, permainan tidak berkembang mengakibatkan anak asuhnya tak mampu membalikkan keadaan.
"Bola itu memang tidak mengalir. Saya rasa pertandingan itu harus diberhentikan karena saat itu mendapatkan kondisi cuaca tak mengizinkan. Tadi itu kalau tidak hujan kami masih bisa mengembangkan permainan," tutupnya.
Sukai/Like Fan Page Facebook RIAUONLINE
Follow Twitter @red_riauonline
Subscribe Channel Youtube Riau Online,
Follow Instagram riauonline.co.id