RIAU ONLINE - Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto menjelaskan bahwa sejumlah produk ekspor utama Indonesia dikenakan tarif yang cukup tinggi. Hal ini menjadi pembicaraan utama dalam negosiasi tarif dengan Amerika Serikat.
Nilai tarif yang dibebankan untuk Indonesia bahkan lebih tinggi dibandingkan dengan negara Asia Tenggara lainnya.
Airlangga menyebut produk garmen, alas kaki, tekstil, furnitur, dan udang asal Indonesia, saat ini dikenakan tarif yang lebih tinggi dibandingkan negara pesaing, baik dari kawasan ASEAN maupun negara Asia lainnya, di luar ASEAN.
"Sekarang untuk produk ekspor utama Indonesia seperti garmen, alas kaki, tekstil, furnitur, dan udang itu menjadi produk yang Indonesia mendapatkan tarif biaya masuk lebih tinggi dibandingkan beberapa negara bersaing baik dari ASEAN maupun non-ASEAN negara Asia yang lain," kata dia dalam konferensi pers perkembangan Terkini Negosiasi dan Diplomasi Perdagangan Indonesia - AS, secara virtual, dikutip dari Liputan6.com, Minggu, 20 April 2025.
Menurut Airlangga, beban biaya ekspor Indonesia kian meningkat dengan diberlakukannya tambahan tarif sebesar 10% hingga 37%. Dengan tambahan 10%, tarif efektif yang harus dibayarkan menjadi 20% hingga 47%.
"Nah, dengan berlakunya tarif selama 90 hari untuk 10%. Maka tarif rata-rata Indonesia yang untuk khusus di textile garment ini kan antara 10 sampai dengan 37%, maka dengan diberlakukannya 10% tambahan maka tarifnya itu menjadi 10 ditambah 10 ataupun 37 ditambah 10," jelasnya.
Untuk itu, pemerintah terus melakukan negosiasi dengan perwakilan Presiden Donald Trump agar dapat mengurangi beban tarif bagi Indonesia. Airlangga ingin agar beban tarif impor yang diberikan terhadap Indonesia tidak lebih tinggi dari negara industri pesaing.
"Saya juga dalam rangka negosiasi ini juga menyampaikan pentingnya memperkuat kerja sama pendidikan, sains, dan ekonomi digital, penerapan tarif yang lebih rendah dari negara kompetitor, dan juga pentingnya memastikan ketahanan rantai pasok dan menjaga economic security (keamanan ekonomi," tandasnya.